Baca: Pengkhotbah 11:1-8
Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai. (Pengkhotbah 11:4)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ezra 3-5
“Semua permulaan itu sukar”—demikian nasihat, lebih tepatnya, pengakuan yang lazim kita dengar. Mengapa? Pengalaman saya ketika menulis ialah munculnya harapan bahwa semua gagasan tersimpan jelas dan lengkap dulu di kepala, barulah dituangkan ke dalam tulisan. Namun akibatnya justru saya tak kunjung menulis. Hanya menunggu dan menunda. Layar monitor tetap kosong. Sebaliknya, apabila huruf, kata, dan kalimat pertama segera ditulis—gagasan pun ikut mengalir bersama rentetan kalimat berikutnya.
Kitab Pengkhotbah berbicara tentang hidup “di bawah matahari”—kehidupan manusia yang senantiasa dibayang-bayangi oleh kematian yang terasa misterius. Justru karena fana itu, kita harus berjuang untuk memberi makna pada hidup ini. Salah satunya ialah dengan cara menghidupi momentum dan mengerjakan segala sesuatu pada waktunya. Sebab Tuhan membuat segala sesuatu “indah pada waktunya” (Pkh. 3:11). Termasuk bekerja. Jangan menanti kondisi ideal dan berharap terlalu muluk untuk memulai. Segera menabur saja, menabur dengan rajin (ay. 6).
Dalam hal bekerja (apa saja) kita ditantang oleh godaan untuk menunggu. Tunggu kalau persyaratan ini dan itu terpenuhi dulu. Tunggu sampai keraguan kita hilang. Tunggu sampai kita punya ini dan itu. Tunggu waktu, tunggu ada tempat, tunggu kalau sudah siap. Serba tunggu. Akhirnya tunggu menjadi tunda dan hasilnya nihil. Asalkan bersama Tuhan, jangan ragu lagi. Ayunkan saja langkah pertama, selebihnya Dia pasti memimpin dan menyertai.
KERJAKAN APA YANG ANDA BISA LAKUKAN DI TEMPAT DIMANA ANDA BERADA
DENGAN BEKAL APA YANG ANDA PUNYA.—Theodore Roosevelt