Baca: 1 Raja-raja 19:1-19
Kemudian ia ingin mati, katanya, “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku .…” (1 Raja-raja 19:4b)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yehezkiel 5-9
Mula-mula, Elia lari karena terancam (ay. 3). Kemudian, dia sendiri ingin mati (ay. 4). Lalu, dia tertidur lelap (ay. 5-7). Ada apa dengan Elia? Takut pada ancaman Izebel? Itu aneh. Sejak awal, Elia menghadapi Ahab dan Izebel dengan berani (1 Raja-raja 17:1; 18:2,15-46).
Terapi dari Tuhan pun aneh. Elia tidak dihibur. Dia diperintahkan untuk makan kenyang (ay. 6, 8a), berjalan jauh (ay. 8b), dan diberi tugas besar: mengurapi Hazael, Yehu, dan Elisa (ay. 15, 16). Hazael memang di luar Israel. Tetapi, Elisa dan Yehu di Israel, tempat kaki tangan Izebel berkeliaran. Namun, tanpa ragu, Elia melakukan tugas besar itu (ay. 19). Ada apa dengan Elia?
Elia tidak ketakutan. Dia putus asa. Sikap Ahab dan Izebel, yang menyeret umat menjauhi Tuhan (ay. 14), membuat Elia merasa pekerjaan dan hidupnya sia-sia. Dia kehilangan keyakinan bahwa hidup dan pekerjaannya punya makna. Sebab itu, Tuhan memberikan tiga tugas besar. Itu membangunkan Elia, dan meyakinkan dia bahwa hidupnya sungguh punya arti dan punya tujuan.
Keyakinan akan kebermaknaan tindakan dan hidup adalah energi yang memampukan kita menjalani hidup. Kehilangan semua itu membuat kita merasa hidup ini sia-sia. Seperti pada Elia, itu melumpuhkan kita, membuat kita lari ke “gurun kehidupan”: alkohol, narkoba, dan lain-lainnya. Elia mengalami kehilangan makna. Bukan karena hidup dan karyanya tak bermakna, melainkan karena dia mengira demikian. Jika nabi sebesar Elia bisa mengalami itu, apalagi kita. Itu alarm siaga untuk kita.
KEHILANGAN KEYAKINAN AKAN KEBERMAKNAAN HIDUP
MEMBUAT KITA JUSTRU MEYAKINI BAHWA HIDUP INI SIA-SIA. DAN, ITU MELUMPUHKAN KITA.