BERDIRI TEGUH DI TANAH YANG RATA

 

Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah. Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Mazmur 13:4-6a

 

Saat Anda pergi berkemah, salah satu hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah memastikan pasak tenda Anda terpasang dengan kuat ke tanah yang kokoh. Begitu hal itu sudah dipastikan, Anda dapat melakukan aktivitas lain dengan lebih tenang, tahu bahwa tempat berlindung Anda akan tahan terhadap badai—yang tentu saja lebih baik daripada kembali ke tempat perkemahan dan melihat tenda Anda hancur!

 

Dalam ayat ini, Daud menyikapi perasaan dilupakan dan kecewa dalam hidup, serta ditentang secara tidak adil oleh orang-orang di sekitarnya. Dia mulai dengan menerapkan pikirannya pada situasi tersebut; mengingat apa yang sudah dia ketahui, Daud menyatakan kepercayaannya pada kasih setia Allah.

 

Kepercayaan ini bersifat sukarela. Meskipun perasaan hatinya nyata, Daud memilih untuk membawa emosinya di bawah kendali karakter dan tujuan Allah. Dia mempertaruhkan harapannya – pasak hatinya – pada landasan kasih setia Allah dan anugerah Allah yang tak pernah gagal. Hanya dengan begitu dia bisa bersukacita sekali lagi.

 

Di langit baru dan bumi baru, badai kehidupan pada akhirnya akan diredakan. Sementara itu di bumi ini, kita akan melewati badai bahkan air bah. Seberapa jauh kita akan bertekun dengan sukacita adalah sejauh kepercayaan kita bahwa Bapa kita bijaksana. Ketika Dia tidak memberi kita sesuatu, itu karena Dia tahu lebih baik kita tidak memilikinya. Ketika Dia mempercayakan kita sesuatu yang sulit untuk diterima, itu karena Dia memberi kita hak istimewa untuk memberikan kesaksian tentang kasih karunia-Nya dalam keadaan tersebut. Ketika Dia memimpin kita melewati hujan, itu karena Dia tahu bahwa hal itu akan membuat kita semakin dekat kepada-Nya dan membuat karakter kita menjadi lebih selaras dengan-Nya (Yakobus 1:2-4).

 

Ketika kita melihat sisa-sisa pengalaman kita yang paling sulit, sering kali kita merasa seolah-olah kita akan segera hancur. Namun pada saat-saat itu, kita dapat mengingat bahwa Allah menukar “perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar” (Yesaya 61:3). Setiap cobaan yang kita hadapi adalah kesempatan untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa, seperti halnya Daud, kasih setia Allahlah yang mengamankan jiwa kita dan memberi kita alasan untuk bersukacita atas keselamatan-Nya.

 

Saat ini, panggilan bagi kita masing-masing adalah untuk berseru, “Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku agar tenda hidupku dipancangkan dengan kokoh dalam kasih setia-Mu, sehingga dalam hidup dan mati, dalam suka dan duka, dalam sakit dan sehat, aku mungkin bersukacita.”

 

Refleksi

Bacalah Ibrani 12:3-11  dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Bilangan 15-16; Wahyu 20

Truth For Life – Alistair Beg