KUDUSKAN HARI SABAT, BAGIAN DUA
Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu. Keluaran 20:9-10
Perintah keempat, seperti perintah lainnya, berasal dari Tuhan dan tetap relevan bagi hidup kita. Namun, saat membahas tentang menghormati hari Sabat, kita harus berhati-hati. Yesus pernah menegur orang Farisi karena mereka menjadikan aturan Sabat sebagai sarana pembenaran diri, bukan ketaatan yang sejati (Markus 2:23 – 3:6).
Dengan rendah hati, mari kita renungkan bagaimana cara kita menguduskan hari Sabat. Bagaimana kita bisa memastikan bahwa kesibukan dunia—seperti hiburan, pekerjaan, atau hal lainnya—tidak mengalihkan perhatian kita dari menyembah dan menikmati hadirat Allah?
Coba perhatikan saat Anda datang beribadah. Apa yang biasanya Anda bicarakan sebelum ibadah dimulai? Apakah percakapan itu mengarah pada hal rohani atau justru lebih banyak membahas urusan sehari-hari seperti olahraga, pekerjaan, atau keluarga? Dibutuhkan komitmen untuk memusatkan pikiran dan percakapan kita pada hal-hal kekal. Jika kita benar-benar bersiap untuk ibadah dengan menyingkirkan gangguan duniawi, maka pengalaman kita di gereja pun akan lebih bermakna.
Hal yang sama berlaku setelah ibadah. Setelah lagu terakhir dinyanyikan dan ibadah selesai, berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum pikiran kita kembali sibuk dengan hal-hal duniawi? Jika kita berusaha untuk tetap berbicara tentang kebesaran Allah, kebenaran firman-Nya, serta mendoakan satu sama lain untuk menghadapi minggu yang akan datang, kita akan semakin memahami arti persekutuan yang sejati. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk saling menasihati (Ibrani 10:25), mengatakan kebenaran satu sama lain (Efesus 4:25), dan saling membangun (1 Tesalonika 5:11). Semua ini bukan sekadar teori, tetapi harus kita praktikkan.
Begitu juga dalam kehidupan pribadi. Di Hari Tuhan, pertumbuhan rohani harus menjadi prioritas. Ini bisa dilakukan dengan ibadah keluarga, membaca buku rohani, berdoa, atau mendiskusikan firman Tuhan yang disampaikan dalam khotbah. Apa pun yang kita lakukan, jangan biarkan kesibukan enam hari lainnya menghalangi kita menikmati persekutuan dengan Tuhan pada hari Minggu.
Jika kita sungguh ingin menaati perintah keempat dan merasakan manfaat dari menguduskan hari Sabat, maka iman kita harus diwujudkan dalam tindakan. Hindari membuat aturan yang hanya sekadar formalitas, tetapi renungkan apa yang perlu diubah dalam hidup kita. Bagaimana Anda akan menjaga kekudusan hari Sabat saat Minggu berikutnya tiba?
Refleksi
Bacalah Yesaya 58:13–59:2 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 31–33; Yakobus 2
Truth For Life – Alistair Beg