TAKHTA KEKAL

Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.

 2 Samuel 7:16

 

Allah berjanji kepada Daud bahwa kerajaannya akan bertahan selamanya. Namun, setelah Salomo memerintah, kerajaan itu terpecah menjadi dua. Beberapa ratus tahun kemudian, kerajaan utara dan selatan pun hancur (2 Raja-raja 17 dan 25).

 

Bagi generasi-generasi yang hidup di masa pembuangan, janji Allah kepada Daud pasti tampak seperti dongeng. Pengalaman mereka tidak memberikan bukti adanya kerajaan atau raja Israel yang hebat yang sedang bangkit. Mazmur 89, yang ditulis selama masa ini, dimulai dengan kesetiaan Tuhan tetapi berakhir dengan keluh kesah umat: “Di manakah kasih setia-Mu yang mula-mula, ya Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaan-Mu? Ingatlah cela hamba-Mu, ya Tuhan, bahwa dalam dadaku aku menanggung penghinaan segala bangsa" (Mazmur 89:50-51). Di tengah keputusasaan itu, para nabi mengingatkan, “Tunggu sebentar! Meskipun tampaknya janji Tuhan tidak lagi berlaku, kalian dapat yakin itu masih berlaku, karena kasih perjanjian-Nya. Masih banyak rencana-Nya yang akan digenapi.” Mereka menubuatkan kedatangan seorang Raja yang akan memerintah selamanya:

 

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,
seorang putera telah diberikan untuk kita;
lambang pemerintahan ada di atas bahunya,
dan namanya disebutkan orang:
Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera
tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud
dan di dalam kerajaannya,
karena ia mendasarkan dan mengokohkannya
dengan keadilan dan kebenaran
dari sekarang sampai selama-lamanya.
Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

(Yesaya 9:5-6) 

 

Artinya, janji Tuhan akan tergenapi sepenuhnya di dalam Yesus Kristus. Kegagalan umat Allah tidak berarti bahwa Allah telah melupakan janji-Nya. Itu semua akan digenapi dalam diri Yesus. 

 

Kita pun bisa mengalami masa-masa di mana kita merasa Tuhan jauh—karena penyakit, penganiayaan, politik atau kesedihan. Kita mungkin bertanya seperti pemazmur, “Tuhan, di mana janji-Mu?” (Mazmur 89). Pada saat seperti itu, kita perlu diingatkan tentang Tuhan yang setia—bahwa Tuhan kita memerintah di takhta-Nya baik sekarang maupun selamanya. Jadi hari ini, jangan putus asa. Kegagalan Anda tidak berarti bahwa Allah telah melupakan janji-Nya. Masih banyak lagi yang akan datang.

 

Refleksi

Bacalah Mazmur 89 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

                   

  1. Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  2. Bagaimana saya bisa lebih mengasihi Allah?
  3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 81-831 Petrus 1