Baca: Amsal 10:18-21
… tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. (Amsal 10:19b)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 29-31
Sekarang ini dunia kita kian dibanjiri kata. O, kata-kata bertebaran dimana-mana! Kata menumpang beragam macam media sebagai kendaraannya. Papan reklame. Buku, koran, buletin, dan majalah. Televisi dan radio. Layar monitor. Tulisan pada busana. Tato pada badan. Dan yang pasti, internet dan dunia netizen dengan beragam media sosial yang menari-nari dengan lincahnya di dunia maya. Semakin limpah ruah tak terkendali.
Amsal bijaksana raja Salomo berisi koleksi dari ribuan nasihat. Namun ada beberapa topik menonjol yang sering berulang karena kadar keseriusannya yang tinggi. Salah satunya, petuah tentang penggunaan kata-kata. Lidah harus terkendali. Jika tidak, dapat menghadirkan bencana. Bisa menyangkut soal hidup atau mati (Ams. 13:3; 18:21). Pada dasarnya, melalui Amsal ini, Tuhan menghendaki kita mengucapkan perkataan yang baik (ay. 21; Ams. 16:24), yang diucapkan di kala perlu serta tak berlebihan (ay. 19; Ams. 15:23), dan yang mengusung kebenaran, bukan dusta atau fitnah (Ams. 12:17; 14:5).
Kesaksian iman kristiani kita dipertaruhkan dalam hal pengendalian dan penggunaan kata. Hemat dan berhikmatkah kita dalam berujar? Ucapan kita menjadi berkat atau menghadirkan duka bagi sesama? Menghibur atau membuat hati hancur? Meneduhkan atau malah menghasut? Pesan dan pengaruh apa yang kita tebar di dunia maya? Setidaknya, saringlah dengan 3 pertanyaan ini: sudah terujikah kebenarannya? Jika ya, sudah perlukah untuk diucapkan? Lalu, berpengaruh baikkah jika dikatakan sekarang? Semoga Tuhan dimuliakan melalui ucapan bibir kita.
PERKATAAN YANG BAIK BOLEH JADI SINGKAT SAJA, NAMUN GEMANYA
BISA BERGAUNG UNTUK SELAMANYA.—Bunda Teresa