Baca: Lukas 15:11-32
“Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikan sesuatu kepadanya.” (Lukas 15:16)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Tawarikh 1-2
Saya memiliki ingatan khusus setiap kali melihat monitor komputer. Beberapa tahun silam, dalam kondisi tak punya uang untuk mengganti monitor komputer yang rusak, sekalipun bekas, saya berkunjung ke rumah teman. Melihat ada monitor tak terpakai, saya bertanya apakah saya boleh membelinya dengan cara mengangsur. Tak disangka, teman saya menolak permohonan itu. Ketika itu saya sempat kecewa, tetapi kini saya bersyukur karena permintaan saya ditolak. Tuhan mau saya menang atas pergumulan itu, tentu dengan cara-Nya.
Membaca kisah anak bungsu yang tragis—tak ada yang mau memberikan ampas makanan babi kepadanya—pernahkah kita berpikir, “Mengapa ada orang yang kejam seperti itu? Bukankah jiwa manusia lebih berharga daripada babi?” Alkitab memang tak menuliskan alasan nasib tragis si bungsu. Sebenarnya mudah bagi Tuhan untuk menolong si bungsu. Namun, tampaknya Tuhan sengaja “membiarkan” dia kelaparan supaya dapat menyadari kesalahannya, teringat rumah bapanya, lalu pulang. Akhirnya itulah yang terjadi pada si bungsu. Ia pulang, menerima pengampunan dari bapanya, dan hidupnya dipulihkan lagi.
Dalam hidup kita, terkadang Tuhan seolah membiarkan kita berada pada situasi yang sulit, supaya Ia dapat mendidik kita. Respons terbaik adalah menerima kondisi itu dengan sukarela, lalu belajar untuk mengikuti apa yang Tuhan mau, sembari menanti pertolongan-Nya dinyatakan bagi kita. Ketika itulah, didikan Allah berhasil. Iman kita bertumbuh, dan pengenalan kita akan Dia menjadi semakin dalam.
DIDIKAN TERBAIK SERING KALI HADIR
KETIKA SITUASI SULIT MELANDA HIDUP KITA