KUASA DAN KEKUDUSAN
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Matius 17:1-2
Seperti yang pernah dikemukakan oleh John Lennon dan Paul McCartney dalam lagu mereka In My Life, ada tempat-tempat yang akan kita ingat sepanjang hidup kita. Bagi Petrus, Yakobus, dan Yohanes tempat itu adalah lereng gunung ini, tempat di mana mereka melihat transfigurasi Kristus. Petrus tidak pernah lupa dengan tempat itu (2 Petrus 1:17-18).
Apa saja yang terjadi dalam transfigurasi? Pertama-tama, penampilan Yesus berubah. Wajahnya “bercahaya”. Jelas sekali ini bukan soal warna kulit melainkan transformasi supranatural. Ada pancaran cahaya di wajah-Nya yang hanya dapat digambarkan oleh Matius “seperti matahari.” Pakaian-Nya putih bersinar—lebih putih dari yang pernah Anda atau saya lihat—menandakan kemurnian surga yang tiada tara.
Salah satu cara Perjanjian Lama menggambarkan Allah adalah Dia “berselimutkan terang seperti kain” (Mazmur 104:2). Dan seperti itulah Yesus di puncak gunung itu. Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu? Hanya Allah saja! Hal ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan sebuah petunjuk bahwa transfigurasi tersebut merupakan wahyu bukan hanya dari Allah tetapi tentang Allah sendiri. Dalam kisah ini, Kristus menyatakan diri-Nya sebagai Allah dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kitab Suci memberitahu kita bahwa Yesus adalah “cahaya kemuliaan Allah” (Ibrani 1:3). Namun ketika Dia memasuki dunia kita, kemuliaan Allah terselubung dalam kemanusiaan Kristus yang rendah hati. Transfigurasi inilah yang oleh John Calvin disebut sebagai “pertunjukan sementara kemuliaan-Nya.” Transfigurasi adalah sebuah penyingkapan kecil dari apa yang ada di balik tirai—yang terjadi di lereng gunung dan membekas dalam pikiran ketiga murid ini. Allah memungkinkan Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk merasakan apa yang belum dapat mereka pahami sepenuhnya tetapi suatu hari nanti akan mereka nikmati selamanya.
Dalam Kitab Suci, ketika keagungan Allah diperlihatkan, orang sering bereaksi dengan tersungkur. Para murid pun sama, mereka menanggapinya dengan ketakutan. Namun Yesus dengan lembut berkata kepada mereka, "Berdirilah, jangan takut!" (Matius 17:7).
Apakah Anda dan saya mendekati Kristus dengan rasa kagum yang sama terhadap kekudusan dan transendensi-Nya yang sempurna? Ataukah pandangan kita terhadap Allah terkadang terlalu kecil? Datanglah ke hadapan-Nya sedemikian rupa sehingga Anda mendapati diri Anda tersungkur ketika melihat kekuasaan-Nya dan kekudusan-Nya. Kemudian dengarkan Dia, dalam anugerah-Nya, berkata, Bangunlah. Engkau tidak perlu takut. Itulah cara untuk hidup dalam kekaguman dan sukacita hari ini dan setiap hari, sampai Anda memandang Tuhan kita yang mulia secara pribadi.
Refleksi
Baca Matius 17: 1- 9 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Kejadian 29-30; Roma 10
Truth For Life – Alistair Begg