ALLAH KITA YANG TIDAK BERUBAH
Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya. Yunus 3:10
Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Allah tidak berubah. Pada saat yang sama, kitab Yunus menegaskan bahwa Dia dapat dan memang mengubah sikap-Nya terhadap manusia dan cara-Nya berurusan dengan manusia. Bagaimana kita memahami kontradiksi ini?
Kita melihat ketegangan ini di bagian lain dalam Kitab Suci. Misalnya, ketika berhadapan dengan Raja Saul, Allah berfirman, "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku” (1 Samuel 15:11). Namun beberapa ayat kemudian kita diberitahu, “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal” (ayat 29). Pertama, kita melihat Allah menyesali keputusan-Nya, namun kemudian kita diberitahu bahwa Dia tidak menyesal.
Namun tidak ada ketidakkonsistenan antara kedua cara berekspresi ini. Ketika Allah dikatakan menyesal atau berubah pikiran, itu karena Alkitab sedang berbicara kepada kita menggunakan perspektif manusia kita yang terbatas. Nampaknya ada perubahan pada diri Allah, namun yang berubah sebenarnya adalah perilaku manusia. Sederhananya, Saul bukan lagi orang yang sama seperti dulu. Dia terus menerus tidak taat, dan Allah menanggapi perubahan keadaan tersebut dengan cara yang sesuai dengan karakter-Nya. Demikian pula, dalam menanggapi khotbah Yunus, penduduk Niniwe mengubah perilaku mereka—kali ini, ke arah yang berlawanan: mereka menjauhi kejahatan. Allah secara konsisten menentang dosa dan mendukung pertobatan dan iman; karakter-Nya tidak berubah. Peringatan-peringatan-Nya dimaksudkan untuk memperingatkan orang-orang yang tidak taat dan membawa mereka kepada pertobatan—dan jika pertobatan terjadi, maka Allah akan merespons dengan cara yang sesuai.
Karena Allah merespons dengan cara inilah maka orang berdosa yang percaya kepada Yesus dapat mengetahui penerimaan-Nya. Karena “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8), kita dapat mengetahui bahwa ketika kita bertobat dan percaya seperti anak kecil, Allah menerima kita dengan kasih sayang dan belas kasihan. Itulah sifat-Nya, dan Dia tidak akan berubah. Dari sudut pandang kita, sepertinya Dia telah berubah pikiran—tetapi Allah selalu setia pada setiap firman yang pernah Dia ucapkan. Di dunia yang selalu berubah dan bahkan orang terbaik di antara kita tidak selalu bisa menepati janji, inilah dasar yang baik untuk kepercayaan diri dan kegembiraan Anda hari ini.
Refleksi
Bacalah Yunus 3 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Mazmur 89-90: 1 Petrus 4
Truth For Life – Alistair Beg