Baca: Matius 13:44-46
“... ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Matius 13:46)

Bacaan Alkitab Setahun: 
Ibrani 11-13



Alkisah dua bersaudara. Si sulung penginjil bersahaja di kota kecil. Bukan orang ternama. Meninggal karena sakit sebelum mencapai usia kelima puluh. Si bungsu saudagar yang sukses. Dihormati karena kaya dan murah hati. Ia meninggal dengan tenang ketika sudah uzur. Saat berjumpa Tuhan di surga, keduanya disambut dengan kemuliaan tiada tara. Tuhan bertanya kepada si sulung, “Jika kepadamu diberi kesempatan hidup sekali lagi, ingin menjadi siapa dirimu?” Dengan mantap ia menjawab, “Penginjil.” 

Dua perumpamaan singkat dalam ayat bacaan hari ini memotret perjalanan iman seseorang. Yang satu ringan dan mudah—seperti menemukan “harta terpendam” di lahannya sendiri (ay. 44). Yang lain menempuh jalan yang lebih berat dan sukar–seperti pedagang mencari “mutiara yang indah” (ay. 45). Namun, keduanya sama-sama mempertaruhkan segala miliknya dengan sukacita demi kemuliaan yang diperolehnya (ay. 44,46). 

Perjalanan iman sering tampak “tidak adil”. Ada yang ditentang, dihina, bahkan disiksa dan dianiaya karena imannya. Yang lain dikelilingi komunitas beriman dan sarana serta fasilitas serba menunjang. Namun, di dalam Kerajaan Allah, keselamatan dan kemuliaan kekal yang mengiringi perjalanan iman itu jauh melampaui segalanya. Adakah ibu yang menyesal karena melahirkan bayi dengan susah payah setelah melihat temannya melahirkan dengan lebih mudah? Tidak! Sebab sukacita atas kelahiran bayinya melebihi segalanya. Begitulah kira-kira ziarah iman di dunia ini terlihat tatkala kemuliaan-Nya menyambut kita kelak.

IMAN SEJATI MENGARAHKAN SUKACITA KITA
PADA PERKARA-PERKARA YANG BERNILAI KEKAL