BUKAN KEMATIAN BIASA

 

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Yohanes 19:30

 

Peristiwa yang berkaitan dengan kematian Yesus sebagian besar merupakan hal rutin yang dilakukan tentara Romawi. Pengadilan, pemukulan, prosesi yang memalukan, dan penyaliban yang menyakitkan, semuanya merupakan bagian dari sesuatu yang biasa bagi tentara yang terlibat dalam eksekusi penjahat. Namun, yang tidak biasa adalah kegelapan di tengah hari yang menyelimuti seluruh peristiwa itu (Matius 27:45), seolah-olah Allah menutup mata atas pemandangan yang menyedihkan itu. Ini merupakan eksekusi rutin sekaligus titik balik terbesar sepanjang masa.

 

Yang membuat peristiwa ini begitu penting adalah identitas orang yang digantung di salib tengah itu: Dia adalah Allah yang berinkarnasi. Pikiran kita tidak boleh berhenti terkagum-kagum dengan hal ini:

 

Tak heran pudar sang surya

Dan bumi pun kelam

Di saat mati Khaliknya,

Mengganti yang kejam.

 

Isaac Watts, “Alas! and Did My Savior Bleed?”

 

Kitab Suci tidak terlalu menekankan penderitaan fisik Kristus di kayu salib. Dia memang menderita kesakitan fisik yang sangat parah, tetapi “penderitaan fisik-Nya tidak ada artinya dibandingkan penderitaan jiwa-Nya; inilah inti dari penderitaan-Nya.” Yesus sepenuhnya mengalami semua rasa sakit dan penderitaan karena terpisah dari Allah Bapa—secara fisik, mental, dan spiritual. Apa pun yang Anda hadapi dalam hidup, ketahuilah bahwa Yesus telah mengalami hal yang lebih buruk dan karena itu Dia memahami perasaan Anda. Bukan hanya itu, penderitaan yang tak terbayangkan yang Dia alami juga terjadi untuk Anda. Hanya ketika waktunya tepat barulah Kristus dengan penuh kemenangan menyatakan, “Sudah selesai”—tetelestai: utang telah dilunasi dan diselesaikan.

 

Penyaliban Kristus sering digambarkan dengan salib yang dipasang lebih tinggi melampaui orang banyak yang melihatnya. Namun kenyataannya, begitu salib diturunkan ke tempatnya, kaki-Nya kemungkinan besar sudah sangat dekat dengan tanah. Demikian pula, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus tidak ada di atas kehidupan kita, tetapi sangat dekat dengan kehidupan kita. Tidak, kematian Yesus bukanlah kematian biasa, melainkan kematian yang berjanji akan memberi, melalui iman, kehidupan sejati. Segalanya berubah ketika kita mempertimbangkan semua yang terjadi di kayu salib itu dan berkata kepada diri kita sendiri:

 

Ia terluka, Ia terluka, bagiku.

Dia terluka di salib, 

lenyap dosaku s'karang 'ku bebas,

s'bab Yesus t'lah terluka bagiku.

W.G. Ovens, “Wounded for Me” 

 

 

Refleksi

Bacalah Lukas 22:7-20 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Imamat 25; Wahyu 3

Truth For Life – Alistair Beg