Baca: Matius 15:21-28
Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (Matius 15:27)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Tawarikh 17-20
Jatah ialah suatu batasan, entah maksimal atau minimal. Misal, ada batasan maksimal untuk restoran berkapasitas 102 orang. Ada batasan minimal untuk jumlah kredit yang harus diambil oleh mahasiswa dalam 1 semester. Ada jatah maksimal dan minimal untuk uang saku anak setiap bulan demi mengajarinya bagaimana mengelola keuangan sedini mungkin. Semua terpulang pada situasinya. Apakah jatah boleh dilanggar? Rupanya situasi turut berbicara pula.
Karya penyelamatan Allah dalam sejarah dikerjakan-Nya secara bertahap. Semasa kehidupan Yesus di bumi, tahapnya baru sampai di pemberitaan kabar baik kepada bangsa Yahudi (ay. 24). Itu jatah mereka. Akan tiba saatnya, bangsa-bangsa lain menjadi targetnya. Namun, di sini kita membaca, jatah itu terlampaui. Mengapa? Situasinya berbicara. Seorang perempuan non-Yahudi punya iman yang mencengangkan (ay. 28). Ia tahu jatah makanan tersedia untuk kaum Yahudi. Dikesampingkannya gengsinya. Ia hanya berharap saat itu bolehlah ia tertimpa remah-remahnya (ay. 27). Alhasil, selain menimpanya, remah-remah anugerah itu juga memberkati kaum sebangsanya (Mat. 15:29-31; Mrk. 7:31-37).
Iman besar bertentangan dengan gengsi besar. Di mata Tuhan, iman besar ialah ketika seseorang menyadari dan mengakui kekerdilan serta ketidaklayakannya seraya memercayai kebesaran dan kemurahan hati Tuhan. Terlalu sering protes dan mengeluh, itu pertanda orang merasa berhak atas jatahnya. Senantiasa bersyukur dan berharap pada Tuhan, itu pertanda kita beriman dan paham artinya anugerah Allah.
KETIKA PINTU JATAH SUDAH JEBOL,
YANG JATUH MENIMPA IALAH LUAPAN ANUGERAH