Baca: Kejadian 22:1-19
Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kejadian 22:2)
Bacaan Alkitab Setahun:
Daniel 7-9
Melepaskan sesuatu yang diperoleh dengan susah payah biasanya sangat sulit. Akan teringat berbagai perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatnya. Namun tidak demikian bagi Abraham. Ketika ia berusia 75 tahun (Kej. 12:4), Allah memintanya meninggalkan negerinya dan berjanji menjadikannya bangsa yang besar, serta olehnya semua kaum di muka bumi akan diberkati. Padahal istrinya mandul dan sudah tua. Janji itu mulai digenapi dengan lahirnya Ishak, saat Abraham berumur 100 tahun (Kej. 21:5).
Saat Ishak beranjak remaja, ujian besar dihadapi Abraham ketika Allah memintanya mempersembahkan putranya. Abraham taat tanpa protes. Pergumulan 25 tahun untuk memperoleh Ishak tidak membuatnya mengutamakan dirinya atau anaknya lalu menomorduakan Allah. Penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa ia melakukannya “karena iman”, sebab ia tahu bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang dari kematian (Ibr. 11:17,19). Jadi ketaatan Abraham berasal dari pengenalannya akan Allah dan relasinya yang intim dengan Dia. Ia belajar taat pada Allah melalui proses yang panjang, disertai jatuh bangun, hingga kemudian ia menjadi “bapa semua orang percaya” (Rm. 4:11).
Jika kita tidak mengenal Allah, tentu saja mustahil menaati Dia. Semakin kita mengenal Dia, semakin kita mengerti bahwa Dia adalah Allah yang menciptakan, mengasihi, dan menebus kita. Kasih-Nya yang sempurna telah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Dengan demikian, seperti Abraham, kita pun dimampukan untuk dapat berjalan dalam iman dan menaati Dia.
PENGENALAN YANG BENAR AKAN ALLAH AKAN BERBANDING LURUS
DENGAN KETAATAN KITA MELAKUKAN KEHENDAK-NYA