KOMITMEN UNTUK BERDOA
Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Daniel 6:11
Komitmen jangka pendek tidaklah terlalu sulit untuk dijalani. Konsistensi untuk disiplinlah yang lebih sulit — tetapi ini adalah kunci pertumbuhan rohani.
Tidak perlu jauh-jauh untuk melihat bagaimana lemahnya komitmen kita untuk disiplin. Lihat saja pada rencana kita untuk menghafal ayat Alkitab, membaca Alkitab, dan resolusi Tahun Baru. Berapa banyak dari kita yang memulai sesuatu dengan baik, tetapi kemudian berhenti di tengah-tengah. Namun, Anda mungkin pernah bertemu dengan orang-orang yang sangat konsisten dan disiplin. Mereka mengajak anjing jalan-jalan di waktu yang sama setiap hari atau memeriksa email mereka di waktu yang sama sehingga dengan melihat mereka melakukannya, Anda bisa tahu jam berapa saat itu; dan ketika mereka bertekad untuk melakukan suatu tugas atau mempelajari keterampilan baru, mereka melakukannya dengan ketekunan yang membuat Anda yakin bahwa mereka akan menyelesaikannya.
Daniel adalah orang yang menunjukkan konsistensi dalam berdoa. Hidupnya tidak ditandai dengan antusiasme yang meledak satu kali lalu setelah diikuti oleh kemalasan. Dia tetap berdoa, terlepas apakah dia suka atau tidak. Mungkin ada saat-saat ketika dia selesai berdoa, dia merasa sangat diberkati dan mungkin ada saat-saat di mana dia berdoa dengan tidak merasakan apa-apa, tetapi dia tetap melakukannya. Dia berdoa dan terus berdoa, tidak peduli bagaimana keadaannya. Itulah disiplin!
Krisis tidak membuat Daniel punya gaya hidup yang disiplin; krisis justru memperlihatkan bahwa Daniel selalu disiplin. Setelah Raja Darius mengeluarkan dekrit yang melarang orang berdoa kepada Allah atau manusia selain kepada dia selama tiga puluh hari (Daniel 6:7), Daniel bisa saja menuruti perintah itu dengan beralasan dia sudah berdoa dengan taat selama bertahun-tahun, jadi tidak apa kalau selama sebulan ke depan dia tidak berdoa dulu. Namun, pemikiran seperti itu tidak pernah terlintas dalam benaknya. Sebaliknya, dia terus berdoa “seperti yang biasa dilakukannya.”
Tentu ada hubungan antara kehidupan doa Daniel dan keberaniannya untuk menaati Allah Israel dibandingkan taat kepada raja paling berkuasa di dunia saat itu. Tuhan Yesus juga berkata bahwa kita “harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Lukas 18:1). Kita tidak boleh berhenti berdoa untuk sementara waktu hanya karena kita tidak menginginkannya atau kita tidak punya waktu luang. Jika kita ingin hidup untuk Yesus ketika kita menghadapi tekanan atau tantangan, maka kehidupan doa kita harus konsisten. Doa harus dianggap sebagai elemen dasar dari iman kita, bukan hanya sebagai tambahan yang baik. Artinya, penting bagi kita untuk selalu menjaga kehidupan doa yang teratur dan memandangnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari iman kita.
Kesempatan untuk Anda menunjukkan komitmen doa yang konsisten seperti Daniel, terbuka lebar. Lewat disiplin teratur, doa bisa menjadi reaksi alami Anda terhadap setiap situasi dalam hidup Anda. Apakah Anda perlu menyisihkan waktu setiap hari untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah, apa pun yang terjadi? Kemanapun Allah membawa kita, apa pun yang kita lakukan, apa pun rencana-Nya yang tersingkap, semoga doa kita tidak pernah berhenti.
Refleksi
Bacalah Efesus 3:14-21 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Kejadian 43-45; Roma 15: 1-13
Truth For Life – Alistair Begg