Pembacaan :  Mazmur 22

Bacaan Alkitab Setahun :  Mazmur 144-150

 

 

Bagaimana cara Yesus menghadapi kematian? Apakah Dia tetap tenang dan tidak berekspresi? Tidak, Dia melihat kematian sebagai musuh yang mengerikan. Di kayu salib Dia meneriakkan kata-kata dari Mazmur 22: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Mazmur 22:2; Matius 27:46). Yesus menghidupi mazmur kematian dan siksaan ini di kayu salib. Tapi ini juga merupakan mazmur harapan: “Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya” (Mazmur 22:25). Seruan Yesus tentang kehancuran dan pengabaian diserukan dalam terang harapan yang pasti bahwa Allah pada akhirnya tidak meninggalkan mereka yang menderita.

Yesus merasakan penderitaan saat mati. Dia melihat kematian tepat di mata-Nya, merasakan rasa sakit, degradasi, kengerian, dan kehilangan, dan kemudian mempercayai Bapa-Nya ketika Dia berkata, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku;” (Mazmur 31:6; Lukas 23:46). Kata-kata ini tidak diucapkan dengan tenang, atau santai. Ini adalah kata-kata dari seorang pria yang sepenuhnya mengalami masalah, bergumul dengan Allah, dan menyatukan keduanya dalam kebutuhan ​​dan rasa syukur yang jujur. Kedua sisi iman—kebutuhan dan sukacita—keduanya hadir dalam pengalaman Yesus.

 

 

 

David Powlison