Pembacaan : Amsal 30

Bacaan Alkitab Setahun : 1 Tawarikh 24-26

 

“Aku berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis tenagaku. Sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain, pengertian manusia tidak ada padaku.  Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal Yang Mahakudus.” (Amsal 30:1–3)

 

RINDU KEPADA ALLAH. Penulis Amsal ini mengatakan pemahamannya tentang kehidupan dan tentang Allah tidak lebih baik daripada pemahaman binatang (binatang liar). Berlebihan? Ya, tapi itu adalah pernyataan yang sehat dan paradoks. Dia berkata bahwa dia tidak mengenal Allah, tapi pernyataan itu adalah tanda kebangunan rohani. Mereka yang yakin bahwa mereka mengenal Allah dengan baik sebenarnya tidak mengenal-Nya dengan baik. Mereka yang menangis karena mereka tidak mengenalnya sama sekali sudah mulai mengenal-Nya. Terkadang rasa ketidakhadiran Allah yang tajam adalah tanda bahwa Dia sebenarnya menarik kita lebih dekat dengan-Nya.

 

Pria yang berseru, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” sebenarnya menaruh iman kepada Yesus pada saat itu (Markus 9:24). Langkah pertama untuk mengatasi ketidaktahuan adalah mengetahui sepenuhnya ketidaktahuan Anda. “Jika ada yang ingin mendapatkan kerendahan hati, menurut saya, beri tahu dia langkah pertama … Jika Anda berpikir Anda tidak sombong, Anda memang sangat sombong.” Orang bijak dalam Amsal 30: 1-3 mengambil langkah pertama dengan mengakui kesenjangan yang tak terbatas dalam pengetahuan antara Allah dan manusia, dan karena itu perlu wahyu Allah. Langkah selanjutnya adalah mendengarkan Firman Allah dan mengakui bahwa kita adalah orang berdosa yang membutuhkan anugerah.

 

Dapatkah Anda dengan jujur mengatakan bahwa Anda lapar untuk mengenal Allah?

 

Doa: Tuhan, ajari aku keterampilan rohani yang sangat penting dari mengenal pertobatan diri sendiri, tetapi mampukan aku untuk menghindari menyerap pengenalan diri yang tidak wajar. Amin.