Pembacaan :  Matius 8 : 18 - 22

 

Bacaan Alkitab Setahun :

1 Yohanes 4 - 5

 

Ini adalah kisah yang luar biasa, yang ketika diceritakan kembali tetap terasa keajaibannya. Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan meninggalkan kemegahan, kemuliaan untuk datang ke bumi yang hancur untuk menderita dan mati bagi pemberontak yang berorientasi pada diri sendiri. Mesias tidak lahir di istana, tetapi di kandang. Dia menjalani hidup-Nya sebagai seorang peziarah, tidak menerima kemewahan yang bahkan dinikmati oleh hewan—sebuah rumah (Mat. 8:20). Dia dihina dan ditolak, kemudian disalibkan di depan umum. Dan dia melakukan itu semua dengan sengaja dan sukarela agar para pemberontak itu diampuni, sehingga mereka yang terpisah dari Allah akan memiliki rumah bersama-Nya selamanya, dan agar anugerah diberikan kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya.

           Kata-kata dalam himne Natal kuno yang indah “Takhta mulia di tempat baka” menangkap dengan baik kontras yang menakjubkan antara penderitaan Yesus dan berkat yang kita terima:

 

Takhta mulia di tempat baka Kautinggalkan, ya Tuhanku.

Tapi tiadalah tempat yang lega menjelang kelahiranMu.

Hatiku, ya Tuhan Yesus, jadikanlah rumahMu.

 

Langit bergetar, kidung terdengar menyebut kebesaranMu.

Tapi adakah yang lebih rendah daripada palunganMu.

Hatiku, ya Tuhan Yesus, jadikanlah rumahMu.

 

Oleh FirmanMu yang kekal teguh Kaubebaskan manusia.

Tapi hanyalah siksa dan cerca Kauterima di dunia.

SalibMu, ya Tuhan Yesus, tempat perlindunganku.

 

Gita menggegap, bila Kau kelak datang lagi, ya Tuhanku.

SabdaMu benar akan terdengar, “Kuberi tempat bagimu.”

Bersuka besar hatiku, ya Tuhan, menyambutMu.

 

 

Natal ini, ingatlah bahwa Anda memiliki rumah yang kekal, karena dalam kasih karunia yang luar biasa Yesus rela meninggalkan rumah-Nya dan tidak memiliki rumah.

 

Yesus rela hidup tanpa rumah duniawi sehingga dengan kasih karunia kita dijamin mendapat tempat di rumah Bapa selamanya.