Baca: Markus 2:23-28
Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” (Markus 2:27)

Bacaan Alkitab Setahun: 
Ayub 30-33


Homo faber merupakan konsep yang menggambarkan manusia sebagai pekerja. Pekerjaan menjadi hal yang utama dalam kehidupan manusia. Sedangkan dalam konsep homo ludens, hidup manusia tidak mempunyai arti tanpa pekerjaan. Kemampuan manusia diukur berdasar prestasi kerjanya atau apa yang dihasilkannya. Dalam konsep ini, manusia mampu mengenal diri melalui apa yang mereka kerjakan. Manusia menjadi tidak berarti jika tidak mengerjakan sesuatu. 

Pada perkembangannya, manusia menjadi workaholic. Mereka menghabiskan waktu untuk bekerja. Bahkan mereka memandang kehidupan sesamanya sebatas pekerjaan. Relasi yang terjalin dengan sesama pun tidak lagi relasi personal atau relasi antar sesama manusia, melainkan relasi manusia kepada benda (obyek) yang dapat diukur dan dikendalikan. 

Allah mengajar manusia untuk bekerja, sekaligus menjadikan Sabat sebagai hari perhentian. Ada hari dimana manusia hendaknya berhenti dari pekerjaan supaya tidak menjadi budak atas pekerjaan. Allah bermaksud memanusiakan manusia dengan menjadikan hari Sabat. Di zaman ini, ada pekerjaan yang harus dikerjakan setiap hari. Pekerjaan yang berhubungan dengan jasa kesehatan, transportasi dan pariwisata misalnya. Namun bukan berarti bahwa kita tidak bisa memiliki Sabat untuk bersenang-senang dengan Allah sebagai pemberi hidup. Bisa jadi hari Sabat kita bukan di hari Sabtu atau Minggu karena Sabat bukan sekadar waktu beribadah di gereja. Kita bisa menjadikan hari lain untuk Sabat kita, supaya relasi dengan Tuhan tetap terjaga.


SETIAP HARI KITA MENIKMATI BERKAT. AMBILAH SATU HARI SEBAGAI SABAT
UNTUK MENIKMATI PERSEKUTUAN DENGAN SANG PEMBERI BERKAT.