Baca: 1 Samuel 3:1-18
Lalu Samuel memberitahukan semuanya itu kepadanya dengan tidak menyembunyikan sesuatu pun. Kemudian Eli berkata: “Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang- Nya baik.” (1 Samuel 3:18)

Bacaan Alkitab Setahun: 
2 Tawarikh 4-6



Suatu kali seorang anak kecil melihat seorang pria muda melempar bungkus permen secara sembarangan. Anak kecil itu pun menyeletuk: “Om, sampahnya Om… Jangan dibuang sembarangan dong! Bikin banjir loh!” Saya tersenyum menyaksikan kejadian itu. Sambil menahan malu pria muda itu memungut kembali bungkus permen yang dilemparnya. 

Imam Eli bertanya kepada Samuel perihal yang disampaikan Tuhan kepadanya. Samuel yang berencana menyembunyikan semuanya dari imam Eli tidak dapat menolak permintaan itu. Rencana penghukuman Allah bagi keluarga Eli pun disampaikan dengan jujur oleh Samuel. Menariknya, alih-alih menjadi marah, Eli menerima kabar itu dengan lapang hati. Ia menyadari keberdosaan yang telah diperbuat anak-anaknya serta kedaulatan Allah atas hidupnya. Ia tidak marah menerima berita yang berisi penghukuman, sekalipun disampaikan oleh Samuel—anak didiknya yang secara fisik masih kanak-kanak. 

Tuhan memberkati anak-anak sebagaimana Dia memberkati orang dewasa. Tidak menutup kemungkinan Dia memakai anak-anak untuk mengingatkan kita dari perbuatan yang tidak berkenan di hadapan-Nya. Masalahnya, alih-alih menjadi tergugah dan sadar diri, banyak orang dewasa mengedepankan gengsi ketika perkataan seorang anak kecil menyinggungnya, sekalipun tahu sesuatu yang disampaikannya adalah kebenaran. Diperlukan kerendahan hati supaya kita tidak memandang secara subyektif terhadap pribadi yang Tuhan pakai, melainkan mampu memandang kebenaran yang disampaikan untuk membawa kita kepada kehendak-Nya.

 

DIDIKAN TUHAN AKAN MENDARAT KE DALAM HATI
KETIKA KITA MEMBUANG GENGSI DAN HARGA DIRI