ALLAH AKAN MEMENUHI KEBUTUHAN KITA

Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. 2 Tesalonika 3:7-8

 

Berserah pada Allah bukan berarti tidak bekerja mencari nafkah. Sebenarnya bekerja dan kemampuan mengerjakannya adalah bagian dari berkat Allah. Jika kita meragukan hal itu, ingatlah bahwa Yesus sendiri bekerja. Meskipun Dia datang dari surga dan segala sesuatu adalah milik-Nya, Dia bekerja sebagai tukang kayu selama bertahun-tahun, mengikuti pola yang ada ditetapkan bagi umat manusia dalam Kejadian (Kejadian 2:15).

 

Demikian pula para rasul, yang hidup dengan iman dan dengan sepenuh hati mengejar pertumbuhan gereja, mereka bekerja dengan tekun “siang dan malam”. Mereka menolak bermalas-malasan atau memakan makanan siapa pun tanpa membayar. Sebagai pelayan Injil, mereka mempunyai hak untuk meminta sumbangan (1 Timotius 5:17-18); namun, mereka memutuskan untuk memenuhi tanggung jawab itu sendiri menggunakan keahlian yang mereka tahu, dan dengan demikian menjadi “teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti” (2 Tesalonika 3:9).

 

Namun, kita harus menyadari bahwa kita dapat menyalahgunakan pekerjaan setidaknya dalam dua cara: dengan bermalas-malasan atau bekerja berlebihan. Peringatan dalam Amsal berlaku bagi kita: “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa” (Amsal 20:4). Atau, seperti yang Paulus katakan, kita tidak boleh bermalas-malasan. Namun kita juga harus memberikan perhatian yang sama terhadap kata-kata pemazmur ketika dia mengatakan, “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah” (Mazmur 127:2). Ya, kita harus bekerja. Namun, jika kita tidak bekerja demi kemuliaan Allah, kita akan bekerja keras dengan tergesa-gesa, namun sia-sia.

 

Hal ini paling nyata ketika kita mengabaikan prinsip Sabat. Tidak ada yang lebih mengungkapkan keengganan kita untuk menaati firman-Nya dan memercayai-Nya untuk berkat setiap hari daripada ketika kita menyalahgunakan perintah untuk bekerja enam hari dan istirahat selama satu hari (Ulangan 5:12-15). Kita berpikir mengapa kita perlu bekerja sepanjang hari, setiap hari? Jawabannya adalah, sejujurnya, karena kita berjuang untuk percaya bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan kita. Kita harus menemukan rasa aman bukan pada pekerjaan kita, melainkan pada Allah yang menyediakan pekerjaan dan sarana untuk melaksanakannya.

 

Dalam budaya kita yang materialistis, tidaklah mudah untuk bekerja dengan setia sambil belajar untuk merasa puas dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Luangkan waktu sejenak untuk merenungkan pekerjaan Anda, baik itu di rumah, di lapangan, di pabrik, atau di kantor. Dalam hal apa saja Anda tergoda untuk bermalas-malasan? Dan kenapa Anda bekerja berlebihan? Bagaimana rasanya jika Anda bekerja keras dan percaya kepada Allah? Di dunia yang terjerat oleh materialisme, kepuasan Anda—dalam pekerjaan Anda dan dalam berkat Allah—akan menjadi kesaksian yang kuat akan kasih ilahi yang memberikan kepuasan sejati.

 

Refleksi

Bacalah Ulangan 5:1-3, 12-15 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Mazmur 33 – 34; Kisah 16: 22 - 40

Truth For Life – Alistair Beg