CARA MENGHADAPI GURU-GURU PALSU
Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya … tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman. Titus 1:11, 13
Ketika sebuah gedung terbakar, yang dibutuhkan bukan hanya alarm yang memberi peringatan tentang bahaya, tetapi juga alat untuk memadamkan api.
Dalam suratnya kepada Titus, Paulus tidak hanya membunyikan alarm tentang orang-orang yang dapat membahayakan jemaat melalui ajaran sesat. Ia juga memberikan instruksi jelas kepada anak didiknya tentang cara “memadamkan api” tersebut.
Instruksi Paulus tidaklah lembut. Ia berkata, “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya.” Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai “diberangus.” Seperti seekor anjing yang terus menggonggong dan menggigit, solusinya jelas: bungkam agar tidak melukai siapa pun. Inilah yang Paulus perintahkan kepada Titus terhadap para pengajar sesat itu. Ia juga berkata, “Tegorlah mereka dengan tegas.” Paulus tidak menahan diri!
Jika kita membaca surat ini dari luar konteks, mungkin kita akan berpikir, “Wah, Paulus terdengar keras dan menghakimi. Sepertinya ia tidak toleran.” Dan memang, bagi sebagian orang, ajaran Paulus bisa terasa menyinggung—kecuali jika kita memahami maksud hatinya.
Sikap tegas Paulus lahir dari kesadaran akan bahaya besar yang sedang mengancam. Ketidaktoleransiannya terhadap ajaran sesat serupa dengan ketidaktoleransian seorang dokter kanker terhadap sel-sel kanker yang harus segera diberantas demi keselamatan pasien. Penyakit ini harus ditangani dengan serius agar tidak menyebar. Paulus ingin memastikan bahwa penyakit rohani ini tidak merusak jemaat.
Allah mencari orang-orang yang bersedia tersungkur di kaki Putra-Nya dan berkata, “Yang bisa kulakukan hanyalah mengasihi-Mu sebagai tanggapan atas kasih-Mu kepadaku, yang telah Engkau nyatakan di kayu salib.” Jemaat di Kreta berada dalam bahaya kehilangan kekaguman dan rasa syukur itu. Dan ini juga berlaku untuk jemaat di mana pun—baik di Kreta, Cape Town, maupun Cleveland.
Ajaran sesat harus ditanggapi dengan anugerah, ketegasan, ketepatan, dan belas kasih, demi melindungi umat Allah dari kesalahan yang fatal. Gereja tidak boleh menjadi tempat bagi ajaran yang menolak Injil, dan orang Kristen tidak boleh memberi ruang dalam hati mereka untuk mendengarkannya.
Dalam Alkitab, perintah-perintah yang mungkin terdengar keras atau tidak toleran sebenarnya lahir dari kasih Allah bagi anak-anak-Nya dan keinginan-Nya untuk melindungi kita dari bahaya. Allah ingin kita hidup dalam kekaguman akan kasih-Nya—dan ketika kita hidup di dalam kasih itu, kita dipanggil untuk menjaga hati kita dan menjaga gereja kita dengan sungguh-sungguh.
Refleksi
Bacalah 2 Petrus 2:1-10a dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 6–7; 1 Korintus 15:29–58
Truth For Life – Alistair Beg