Pembacaan :  Yohanes 21 : 1 - 19

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Lukas 8 - 9

 

Allah menemui kita di mana kita berada. Ini adalah realitas kasih karunia yang indah dan memberi harapan. Jika Allah meminta kita untuk bertemu dengan-Nya di mana Dia berada, kita semua akan mati. Tidak ada contoh yang lebih baik dari ini selain tanggapan Yesus kepada Petrus setelah penyangkalan Petrus:

 

Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku” Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku” (Yohanes 21:15–19)

 

Jika ada seseorang yang Anda harapkan untuk meninggalkan Yesus selamanya, itu adalah Petrus. Bagaimana bisa dia menyangkal Yesus, bahkan setelah diperingatkan? Bukankah itu tidak bisa dimaafkan? Tidak! Apa yang Petrus lakukan bukanlah gambaran tentang kekalahan di kayu salib. Justru sebaliknya. Penyangkalan Petrus adalah gambaran nyata yang mengejutkan tentang esensi salib Yesus Kristus. Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus diperlukan karena kita adalah orang-orang seperti Petrus. Kita tidak memiliki kekuatan untuk setia, bijaksana, baik, dan benar. Kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri. Kita adalah orang-orang yang membutuhkan penyelamatan. Tanpa anugerah yang menyelamatkan, kita adalah bahaya bagi diri kita sendiri dan orang lain.

Jadi dalam anugerah yang luar biasa, Allah menemui kita di mana kita berada, seperti yang Dia lakukan dengan Petrus. Dia datang kepada kita dalam ketakutan kita. Dia mendekat kepada kita ketika kita jauh. Dia menemui kita dalam keraguan kita. Dia mengejar kita saat kita mengembara. Ketika kita jatuh, Dia datang kepada kita dengan keyakinan dan pengampunan. Dia memberi kekuatan ketika kita lemah. Dia memulihkan kita ketika kita tidak setia. Ketika kita menyangkal-Nya, Dia tidak menyangkal kita. Dia datang menyelamatkan kita, dan Dia datang kepada kita lagi dan lagi. Dia duduk bersama kita, meyakinkan kita kembali tentang kasih-Nya dan mengutus kita untuk melakukan pekerjaan yang telah Dia pilih untuk kita lakukan. Dia tidak menunggu kita untuk datang kepada-Nya; Dia datang kepada kita. Itu adalah cara anugerah.

 

Kita takut. Hadirat Allah memberikan keberanian. Kita terasing. Kasih-Nya mendekatkan kita. Kita ragu. Janji-Nya memberi kita harapan.