BERSYUKUR, BERDOA, BERSUKACITA

Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Filipi 1:3-6

 

Doa kita memberi tahu kita banyak hal tentang diri kita sendiri dan tentang cara pandang kita terhadap orang-orang di sekitar kita.

 

Paulus dan jemaat Filipi menikmati persekutuan yang didasarkan pada Injil. Persekutuan mereka bukanlah persekutuan statis yang didasarkan pada sedikit kepercayaan yang sama. Sebaliknya, itu adalah persahabatan yang semakin erat yang berkembang saat mereka terus "sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil" dan untuk "kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Filipi 1:27; 2:12). Kehidupan jemaat Filipi ditandai oleh kemajuan baik dalam hubungan mereka dengan Paulus sebagai hamba mereka maupun hubungan mereka dengan Kristus sebagai Juruselamat mereka. Karena kemitraan ini, Paulus dapat bersyukur, berdoa, dan bersukacita.

 

Jika sebuah gereja ingin bertumbuh secara rohani, hubungan di antara para anggotanya haruslah hubungan yang tulus dengan rasa syukur. Rasa syukur seperti itu seharusnya tidak bergantung pada kesempurnaan orang lain; kita semua jauh dari sempurna. Sesungguhnya, ketidaksempurnaan kita seharusnya mendorong doa kita untuk satu sama lain! Meskipun demikian, rasa syukur yang sejati dan sepenuh hati memungkinkan pelayanan yang berbuah untuk terus berlanjut.

 

Kemitraan Paulus tercermin dalam doa-doa Paulus. Saat dia berdoa untuk bagi orang percaya di Filipi, doanya sangat lengkap: “…  setiap kali aku berdoa untuk kamu semua.” dia tidak hanya berdoa bagi mereka yang baik-baik saja atau mereka yang berada di lingkaran terdekatnya; dia berdoa bagi semua orang. Kita perlu melakukan hal yang sama! Jika kita berdoa bagi mereka yang sering kali paling sulit didoakan, kita akan menemukan bahwa mereka sebenarnya dapat menjadi sahabat karib kita. Kita bahkan mungkin berpikir mereka telah berubah, tetapi kemudian menemukan bahwa kita telah berubah, hanya karena kita menambahkan doa pada rasa syukur.

Sukacita datang saat kita berdoa bersama. Tidak dapat dihindari, beberapa doa melibatkan rasa sakit. Hati kita sakit saat kita menanggung beban saudara-saudari kita yang mungkin sedang menderita karena anak-anak mereka, pernikahan mereka, kehilangan pekerjaan mereka, penyakit mereka, atau dukacita mereka. Namun, di waktu lain, alih-alih merasa seperti berenang melawan arus, doa dapat menjadi seperti mengikuti arus air terjun saat kita bersukacita bersama. Ketika bersama-sama kita membawa situasi, kebutuhan, dan kemenangan kita di hadapan takhta kasih karunia, persekutuan itu mendatangkan sukacita. Begitulah perasaan Paulus terhadap jemaat Filipi. Dia menaikkan doa-doa yang penuh duka dan harapan dengan sukacita karena mereka telah bermitra.

Kita dapat belajar dari Paulus. Dia tahu bahwa persekutuan dengan orang percaya lain dapat menciptakan orang-orang yang bersyukur, berdoa, dan bersukacita. Bagaimana doa-doa Anda bagi mereka yang telah dipertemukan Allah dengan Anda dalam kemitraan Injil akan mencerminkan doa-doa Paulus bagi para mitra Injil dalam hidupnya?

 

Refleksi

Bacalah Filipi 1:1-11 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yesaya 20 -22 : Markus 5: 21 - 43

Truth For Life – Alistair Beg