HATI-HATI!

Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Filipi 3:2-3

 

Dalam semua tulisan rasul Paulus, mungkin surat ini adalah satu-satunya tempat di mana dia menggunakan kata-kata yang cukup gamblang. Dia menyebut guru-guru palsu pada zamannya sebagai “anjing”, sebuah pernyataan yang cukup berani dan konfrontatif bahkan pada masa kini. Namun Paulus tidak menggunakan bahasa ini hanya untuk sekadar gaya bahasa, dia benar-benar khawatir karena ada orang-orang berbahaya di gereja Filipi.

 

Ajaran sesat dan guru-guru palsu hampir selalu tidak membawa sukacita, begitu pula dengan orang-orang jahat di Filipi. Mereka bertolak belakang dengan apa yang mereka klaim, mereka bersikukuh bahwa hukum mengenai upacara Perjanjian Lama merupakan kualifikasi yang diperlukan bagi kekristenan sejati. Mereka bertanya kepada orang-orang percaya di Filipi, yang telah menemukan sukacita di dalam Tuhan, apakah kamu benar-benar Kristen sejati padahal kamu tidak disunat? Peringatan dari Paulus untuk “hati-hatilah” ini dimaksudkan untuk mengingatkan gereja yang masih muda bahwa kekristenan yang “ditambahkan” sebenarnya adalah pemutarbalikkan Injil yang sebenarnya. Menambah sesuatu kepada Injil selalu mengurangi sukacita dan bahkan keselamatan Injil.

 

Oleh karena itu, ketika kita membaca kata “anjing” dalam ayat ini jangan memikirkan hewan peliharaan keluarga yang ramah. Paulus tidak mengacu pada seekor golden retriever. Bayangkan seekor anjing kampung berpenyakit yang berkeliaran di sekitar tong sampah dan bisa sangat membahayakan Anda jika menggigit. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang ini, yang bersikeras bahwa orang-orang harus memenuhi persyaratan hukum Taurat untuk menerima anugerah, juga sama berbahayanya. Mereka mengalihkan perhatian dari Kristus, melemahkan kecukupan kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya.

 

Paulus terus-menerus memperingatkan akan konsekuensi tragis ajaran palsu—dan, karena dia mengasihi gereja Filipi, bahkan menggambarkan mereka sebagai “sukacitaku dan mahkotaku” (Filipi 4:1), dia menentang siapa pun dan apa pun yang dapat menyimpangkan mereka dari satu-satunya jalan menuju kemuliaan. Dia ingin mereka tetap waspada. Kita juga bisa dengan mudah lupa bahwa kabar baik bukanlah pesan “lakukan yang terbaik, dan jadilah cukup baik!” Melainkan “yang terbaik yang kamu punya tidak akan pernah cukup—tetapi Yesus cukup.”

 

Namun, inilah kabar baiknya: Hanya dengan percaya kepada Kristus, kita adalah orang-orang yang “disunat” – yaitu, mereka yang telah dipisahkan sebagai umat Allah yang sejati, bukan karena kita telah dipotong sebagian dagingnya tetapi karena Kristus telah dipotong bagi kita. Dalam setiap generasi, selalu ada orang-orang yang ingin menekankan ciri-ciri iman secara lahiriah dan—baik secara implisit maupun eksplisit—menjadikan ciri-ciri fisik itu syarat untuk keselamatan. Namun tidak ada ritual eksternal atau perilaku beragama yang bisa menyelamatkan. Jangan menaruh rasa percaya diri Anda pada kedagingan Anda—pada kehadiran Anda di gereja, pembacaan Alkitab harian Anda, pencapaian Anda sebagai pasangan atau orang tua atau pekerja atau penginjil atau apa pun. Masukkan semuanya ke dalam Kristus. Dia, dan dia saja, sudah cukup.

 

Refleksi

Bacalah Galatia 2:11-21 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

Bacaan Alkitab Satu Tahun : 2 Samuel 9-11 : 1 Yohanes 2

Truth For Life – Alistair Beg