Baca: Roma 5:1-11
Di dalam anugerah ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:2)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Tawarikh 28-30
Satu hal yang patut disimak dari sosok Robert Wolter Mongisidi, pahlawan yang gugur dalam usia muda, adalah semangat pantang menyerah saat berjuang demi kemerdekaan tanah air. Hal itu terungkap melalui pernyataan yang ditulisnya ketika ia jatuh ke tangan penjajah, “Jika jatuh sembilan kali, bangunlah 10 kali, jika tidak bisa bangun berusahalah untuk duduk dan berserah pada Tuhan.”
Pernyataan Mongisidi juga dapat dimaknai sebagai sikap berserah kepada Tuhan. Sikap tersebut berangkat dari keyakinan dirinya, bahwa Tuhan sanggup membebaskan bangsanya dari tangan penjajah. Keyakinan itulah yang melahirkan pengharapan dalam diri Mongisidi, sehingga ia tekun menanggung segala penderitaan. Ia memilih untuk tidak menyerah dan tetap melanjutkan perjuangan hingga rentetan tembakan memungkasi hidupnya.
Kekristenan pada dasarnya juga berbicara tentang totalitas penyerahan hidup yang bertolak dari pengharapan akan menerima kemuliaan Allah (ay. 2). Pengharapan inilah yang menjadikan seorang pengikut Kristus tidak mengenal kata menyerah dalam menjalani hidup. Sebab, pengharapan tersebut menimbulkan ketekunan dalam menanggung penderitaan (ay. 3) dan menjadikan dirinya sebagai pribadi yang tahan uji (ay. 4).
Seorang pengikut Kristus yang tahan uji menjadikan kemuliaan Tuhan sebagai bagian dari pengharapan sepanjang hidupnya. Pengharapan tersebut bagaikan a waking dream, mimpi yang tidak pernah terlelap, seperti yang pernah diungkapkan oleh Aristoteles. Ia menanti hingga kemuliaan Tuhan menjelma menjadi kenyataan dalam hidupnya.
MENERIMA KEMULIAAN TUHAN ADALAH HARAPAN
YANG TIDAK PERNAH TERLELAP DALAM DIRI ORANG PERCAYA