Pembacaan : Kejadian 50:15–21

Bacaan Alkitab Setahun : Maleakhi 1-4

 

 

 

Kita menjadi hakim ketika kita tetap pahit terhadap seseorang. Kita menilai bukti terhadap seseorang, membuat keputusan, dan menyatakan dia bersalah. Yakobus menantang sikap menghakimi kita: “Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?” (Yakobus 4:12). Atau renungkan kata-kata Paulus dalam Roma 12:19: “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Balas dendam itu salah bukan karena tindakan jahat tidak harus dibalas; tetapi karena pembalasan adalah pekerjaan Allah, bukan pekerjaan kita. Kita harus percaya bahwa Allah adalah Allah dan Dia akan menegakkan keadilan pada waktu dan jalan-Nya.

Dalam Kejadian 50, Kakak-kakak Yusuf takut bahwa adik mereka yang sekarang berkuasa mungkin membalas pengkhianatan mereka dulu. Pasal ini dibuka dengan pemakaman Yakub. Mereka berusaha menenangkan Yusuf dengan mencari pengampunannya, tetapi waktunya sepertinya mereka cari-cari sendiri, dan mereka jelas mengarang kata-kata almarhum ayah mereka. Ketika mereka tiba, mereka menjatuhkan diri di hadapan Yusuf sebagai budak. Respons Yusuf mencerminkan pengetahuannya tentang Allah: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?” (Kejadian 50:19). Yusuf mengerti bahwa penghakiman adalah milik Allah, bukan milik kita. Yusuf bisa memberikan belas kasihan karena Allah yang mengatur hidupnya.

 

 

 

Robert D.Jones