Pembacaan : Markus 6:1-6
Sebagian kita mungkin sudah lama menjadi Kristen, berada di lingkungan Kristen, dan merasa sudah sangat akrab dengan pribadi Yesus. Atau mungkin anda tidak selalu berada di sekitar Yesus, tetapi anda telah berada di sekitar Yesus untuk jangka waktu yang cukup lama. Namun apakah kita sungguh mengenal Pribadi Yesus dalam hidup kita? Dan teks ini ditujukan kepada orang-orang yang sudah lama berada di sekitar Yesus.
Ada peringatan keras yang Markus berikan kepada orang-orang yang sudah lama berada di sekitar Yesus. Ini peringatannya. Hati-hati dengan keakraban. Sangat mungkin bagi kita untuk sangat akrab tentang Yesus dan tidak pernah mengenal Yesus. Bahkan, kalau kita membaca kitab Injil, apakah anda tahu siapa yang paling sulit percaya kepada Yesus? Kita akan mengira bahwa orang-orang yang jauh dari Tuhanlah yang mengalami kesulitan untuk percaya kepada Yesus. Tetapi ternyata tidak.
Ketika orang-orang berdosa dan para pemungut cukai bertemu dengan Yesus, mereka cenderung menyukai Yesus. Orang-orang yang paling sulit percaya kepada Yesus adalah mereka yang akrab tentang Yesus. Para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan keluarga Yesuslah yang cenderung menolak Yesus. Dan inilah yang kita lihat dalam teks kita . Kita akan mempelajari keseluruhan cerita ini terlebih dahulu, dan ada dua pelajaran yang bisa kita pelajari dari cerita ini.
Markus 6:1-2
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Ada beberapa hal tentang Nazaret. Yesus lahir di Bethlehem, tetapi dia dibesarkan di Nazaret. Dan Nazaret adalah kota yang sangat kecil di daerah yang terpencil. Para sarjana percaya bahwa kota ini memiliki populasi sekitar 500 orang. Jadi, ini adalah kota yang kecil dengan populasi yang kecil di daerah yang terpencil. Bahkan, ketika salah satu murid Yesus, Natanael, mengetahui bahwa Yesus berasal dari Nazaret, dia berkata, “Dapatkah sesuatu yang baik keluar dari Nazaret?” Bagi kita yang dibesarkan di kota yang besar, kita tidak tahu bagaimana rasanya tinggal di kota yang kecil. Dan yang menarik tentang tinggal di kota yang kecil adalah semua orang saling mengenal satu sama lain. Mereka mungkin tidak mengenal setiap orang secara pribadi tetapi mereka tahu bahwa si itu berasal dari keluarga si ini, dan mereka saling tahu apa yang terjadi dalam kehidupan satu sama lain.
Jadi, Yesus kembali ke Nazaret bersama dengan murid-muridnya, dan dia mengajar di Sinagoga pada hari Sabat. Dan ketika orang-orang mendengar Yesus mengajar, mereka heran. Mereka takjub. Karena ada sesuatu yang berbeda dengan Yesus. Ada sesuatu tentang Yesus yang membuat orang takjub dan heran. Dan ini bukan keheranan yang berdasarkan iman. Ini bukan keheranan, “Wow, luar biasa.” Ini adalah keheranan, “Oke, kita bisa melihat bahwa orang ini memiliki hikmat. Dia adalah guru yang baik. Dia bisa melakukan mujizat. Tapi bukankah ini Yesus?” Ini adalah keheranan yang timbul dari ketidakpercayaan. Lihat pertanyaan yang mereka ajukan.
Markus 6:2b-3
"Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Apakah anda melihat apa yang terjadi? Mereka tidak merayakan Yesus. Mereka sangat skeptis terhadap Yesus. Mereka berkata, “Oke, jelas orang ini menonjol di atas semua guru lainnya. Tapi dari mana dia mendapatkan hikmat ini? Dia tidak pernah belajar teologi. Dia tidak pernah sekolah Alkitab. Dia bukan seorang rabi dan dia tidak pernah dilatih untuk menjadi seorang rabi. Dia adalah seorang tukang kayu. Bukankah beberapa tahun yang lalu dia datang ke rumah kita untuk memperbaiki meja makan kita yang rusak? Kita tahu siapa dia.”Dapatkah anda melihat permasalahannya? Permasalahannya bukanlah mereka tidak tahu siapa Yesus, tetapi mereka sangattahu siapa Yesus.
Mereka menyaksikan Yesus tumbuh dewasa di antara mereka. Mereka telah berada di sekitar Yesus untuk jangka waktu yang sangat lama. Dan di mata mereka, Yesus hanyalah salah satu dari mereka, orang yang biasa saja. Mereka melihat kredensial Yesus dan mereka tidak menemukan sesuatu yang luar biasa. Dan ini sangat berbeda dengan kebanyakan pendeta saat ini. Jika anda melihat akun pendeta di Instagram, banyak dari mereka memiliki gelar yang lebih panjang dari nama mereka. S.Th.; M.Th.; D.Th.; A.Th. (Asal ada Th). Tetapi Yesus berbeda. Mereka membuka akun Instagram Yesus dan kredensialnya sangat singkat: Yesus, tukang kayu. Dengan kata lain, Yesus adalah sosok yang sangat biasa.
Dan bukan hanya itu, tetapi mereka menyebut Yesus sebagai “anak Maria.” Di telinga kita, mungkin hal ini terdengar biasa saja. Tetapi ini tidak normal pada zaman Yesus. Biasanya orang disebut berdasarkan nama ayah mereka. Jadi bagi Yesus, seharusnya yang benar adalah, “anak Yusuf.” Lalu mengapa mereka menyebut Yesus sebagai “anak Maria”? Banyak sarjana Alkitab mengatakan bahwa ini merupakan penghinaan terhadap identitas Yesus. Dan menurut saya mereka benar.
Coba pikirkan. Nazaret adalah kota kecil di mana semua orang saling mengenal satu sama lain dan saling berbicara. Tidak ada yang namanya rahasia. Jika anda tinggal di kota kecil dan anda menikah di bulan Juli dan melahirkan di bulan December, orang-orang tahu. Mereka tidak bodoh. Mereka menghitung bulan. Jadi mereka tahu bahwa ada yang tidak beres dengan kelahiran Yesus. Dan tebakan mereka adalah Yesus adalah anak haram. Mereka mempertanyakan identitas ayah Yesus. Itulah mengapa mereka memanggil Yesusanak Maria.
Dan mereka juga mengenal semua saudara laki-laki Yesus. Beberapa saudara Yesus akan menjadi pemimpin gereja di masa depan. Tetapi sewaktu Yesus masih hidup di bumi, mereka belum menjadi orang percaya. Mereka berpikir bahwa Yesus gila. Dan saudara-saudara perempuan Yesus menikah dengan pria-pria di Nazaret. Inilah alasan mengapa mereka heran. Bukan karena mereka percaya kepada Yesus, tetapi karena mereka tidak dapat menggabungkan apa yang mereka saksikan di depan mata mereka dengan apa yang mereka ketahui tentang Yesus. Anda lihat apa yang terjadi? Mereka hidup bersama Yesus, makan bersama Yesus, main bersama Yesus. Mereka menghadiri sinagoga bersama Yesus. Dan sekarang mereka mendengarkan khotbah dan hikmat Yesus yang luar biasa. Mereka melihat otoritas Yesus untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan. Mereka menyaksikan kuasa Tuhan bekerja melalui Yesus. Namun terlepas dari begitu banyaknya tanda, mereka tidak dapat percaya kepada Yesus. Mereka terlalu akrab tentang Yesus untuk percaya kepada Yesus. Sebaliknya, mereka justru kecewa dan menolak Yesus. Dan kata kecewa berasal dari kata Yunani skandalon, dari mana kita mendapatkan kata, skandal. Secara harfiah kata ini berarti batu sandungan.
Jadi, ini bukan hanya berbicara perbedaan tetapi permusuhan. Kita mungkin sering berpikir bahwa jika kita melihat dan memiliki Yesus di depan mata kita, itu akan memudahkan kita untuk percaya kepada Yesus. Namun kenyataannya, mereka yang paling lama mengenal Yesus justru kecewa dan menolak Yesus.
Markus 6:4
Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Saya bukan Yesus, tetapi saya memiliki sedikit gambaran tentang apa yang Yesus maksudkan. Anda tahu bahwa saya sering pergi pelayanan ke Indonesia. Dan setiap kali saya melayani di Indonesia, kususnya gereja yang sudah saya pernah kunjungi, vibe yang saya dapatkan adalah, “Siapa yang khotbah minggu ini? Yosi Yang Khotbah.” Tetapi saat saya di Sydney, vibenya adalah, “Siapa yang khotbah minggu ini? Oh, Yosi yang khotbah.” Ini hanyalah hari Minggu yang biasa bersama dengan Yosi. Dan tidak ada yang salah dengan ini. Ini normal. Kehadiran sayadi dalam gereja saya bukanlah hal yang istimewa. Mereka mengenal saya lebih dari orang-orang di Indonesia. Dan semakin anda dekat dengan saya, semakin anda melihat kelemahan dan ketidakkonsistenan saya secara langsung.
Terutama di keluarga Yusuf. Saya mungkin mengkhotbahkan Injil kepada ribuan orang dan banyak orang diberkati melalui pelayanan saya. Tetapi jika jam 11 malam saya belum pulang rumah, saya akan mendapatkan whatsapp dengan tulisan, “Yos, kamu dimana? Koq belum pulang? Pergi sama siapa?” Dan perlu dicatat umur saya 38 tahun. Karena bagi papi mami saya, saya adalah anak mereka. Mereka telah melihat terlalu banyak kelemahan dan ketidakkonsistenan saya untuk terkesan dengan saya.
Namun tidak demikian dengan Yesus. Tidak ada inkonsistensi dalam Yesus. Perkataan dan perbuatan Yesus selalu selaras setiap saat. Dia adalah siapa yang dia katakan di setiap saat dan di semua tempat. Namun keluarga dan kampung halaman Yesus tetap menolak Yesus. Ini memberi tahu kita pelajaran yang penting. Keakrabantentang Yesus tidak menjamin apapun. Pengetahuan tentang Yesus dan berada di sekitar Yesus tidak menjamin iman kepada Yesus. Di sepanjang kitab Markus, kita melihat orang-orang yang kita harapkan untuk percaya kepada Yesus ternyata tidak percaya.Dan mereka yang tidak kita harapkan untuk percaya justru malah percaya kepada Yesus. Dan perhatikan apa yang dikatakan Markus selanjutnya. Ini membingungkan.
Markus 6:5-6 –
Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Ini aneh. Apa maksudnya Yesus tidak dapat melakukan mujizat? Yesus adalah Tuhan yang penuh kuasa dan otoritas. Dia tidak dibatasi oleh apa pun atau siapa pun. Mengapa Yesus tidak dapat melakukan mujizat? Dan Markus mengatakan bahwa Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Apa artinya? Ini tidak bisa berarti bahwa Yesus tidak mampu melakukan mujizat. Beberapa orang mencoba menjelaskan ayat ini dengan mengatakan bahwa kuasa dan otoritas Yesus bergantung pada iman seseorang.
Semakin banyak iman yang dimiliki seseorang, semakin banyak yang Yesus dapat lakukan. Semakin sedikit iman yang dimiliki seseorang, semakin sedikit pula yang dapat Yesus lakukan. Menurut saya hal ini ada unsur kebenarannya. Ada hubungan langsung antara iman kita dan kuasa karya Yesus. Saya percaya salah satu alasan mengapa banyak dari kita tidak menyaksikan kuasa karya Yesus adalah karena ketidakpercayaan kita. Ketidakpercayaan kita telah merampas kuasa Yesus dari kita. Namun bukan berarti Yesus tidak mampu menunjukkan kuasanya tanpa iman. Yesus sanggup melakukan mujizat tanpa iman orang-orang di sekitarnya.
Yang terjadi di sini bukanlah Yesus tidak mampu, tetapi Yesus tidak mau. Dia sengaja menahan kuasanya. Mengapa? Karena mujizat bukanlah inti pelayanan Yesus. Yesus tidak pernah melakukan mujizat hanya demi mujizat. Tujuan mujizat adalah untuk mengarahkan orang kepada identitas Yesus. Prioritas utama Yesus selalu adalah memberitakan Injil dan memanggil orang untuk bertobat. Dan mujizat berfungsi untuk mengesahkan pesan Injil. Timothy Keller mengatakannya dengan baik. “Mujizat Yesus bukanlah 'trik sulap' yang dirancang untuk membuktikan betapa kuatnya dia, tetapi 'tanda-tanda kerajaan' untuk menunjukkan bagaimana kuasa penebusannya bekerja. Mujizat-mujizatnya selalu menyembuhkan dan memulihkan serta membebaskan orang-orang dengan cara yang mengungkapkan bagaimana kita bisa bertemu dia dengan iman dan membuat hidup kita diubahkan oleh dia. Dia 'tidak bisa' melakukan perbuatan tanpa unsur penebusan.”
Dengan kata lain, tujuan mujizat adalah iman dan pertobatan. Jika orang-orang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka, maka tidak ada alasan bagi Yesus untuk melakukan mujizat. Yesus tidak tertarik membuat pertunjukan untuk orang-orang yang tidak percaya. Anda lihat apa yang terjadi? Orang-orang Nazaret terlalu akrab tentang Yesus. Yesus terlalu biasa untuk mereka dapat percaya kepada dia. Dari cerita ini, kita dapat melihat bahwa penghalang terbesar untuk memiliki iman kepada Yesus adalah keengganan hati manusia untuk menerima Tuhan yang datang kepada kita dalam rupa kita. Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari teks ini? Ada dua peringatan yang harus kita perhatikan dari cerita ini
Pertama, berhati-hatilah terhadap bahaya keakraban. Ada satu lagu rohani yang sering saya nyanyikan dulu. Beberapa dari saudara mungkin tahu lagunya. Liriknya berbunyi, “Jesus you are my best friend, you will always be, nothing will ever change that.” Bukankah kita menyukai hal ini? Yesus adalah sahabatku, Yesus adalah belahan jiwaku, Yesus adalah teman terbaikku dll. Dan itu semua benar dan baik. Tetapi jika kita tidak hati-hati, keakraban dapat membutakan kita terhadap kebesaran dan kemuliaan Yesus. Sangat mungkin untuk menjadi sangat akrab tentang Yesus dan kehilangan siapa Yesus yang sebenarnya.
Orang tua, apakah anda tahu apa artinya? Artinya, anda dapat membawa anak-anak anda ke gereja setiap hari Minggu dan itu tidak menguntungkan mereka sama sekali. Saya yakin setiap orang tua di gereja ini ingin anak-anaknya tumbuh menjadi pria dan wanita yang mengenal Yesus secara pribadi. Anda membawa mereka ke gereja setiap hari Minggu. Anda memperkenalkan mereka kepada Kekristenan sejak usia mereka yang sangat muda. Hal itu baik namun tidak cukup. Bagi banyak dari anda, anda memiliki prioritas yang salah. Sejak anak anda masih sangat kecil, anda sudah mempersiapkan masa depan anak anda. Beberapa dari anda bahkan sudah memikirkan mau memasukan anak anda ke universitas mana, dan anak anda masih berusia dua tahun. Saya tepuk tangan untuk hal itu. Tetapi ini kekhawatiran saya. Anda bisa begitu sibuk mempersiapkan anak-anak anda untuk masa depan mereka, anda memasukkan mereka ke les berenang, les tenis, les piano, les matematika, les menggambar, les menari, les mandarin, dan semuanya itu baik.
Anda memberikan mereka begitu banyak hal yang baik tetapi anda kehilangan hal yang paling penting. Anda tidak pernah meluangkan waktu untuk membantu anak-anak anda mengenal Yesus secara pribadi.
Dan anda berkata, “Itu sebabnya aku membawa mereka ke gereja setiap hari Minggu. Supaya guru Gibeon Kids dan guru Gibeon Youth bisa melakukan tugas mereka.” Dengan segala hormat, bukanlah tanggung jawab guru Gibeon Kids dan guru Gibeon Youth untuk memastikan bahwa anak-anak anda mengenal Yesus. Para orang tua, mendidik anak-anak anda untuk mengenal Yesus adalah tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada anda. Saya tidak mengatakan bahwa gereja tidak memiliki peran. Tetapi saya mengatakan bahwa sering kali anda berharap terlalu banyak dari gereja dan terlalu sedikit dari diri anda sendiri. Para papa, ada yang salah jika anda lebih nyaman mengajari anak-anak anda cara berolahraga daripada mengajari mereka cara memahami Alkitab.
Para mama, ada yang salah jika anda lebih nyaman mengajari anak-anak anda cara merias wajah daripada mengajari merekacara merias hati. Jika anda tidak pernah meluangkan waktu untuk memperkenalkan Yesus secara pribadi kepada anak-anak anda, anda tidak bisa menyalahkan siapa pun selain diri anda sendiri jika anak-anak anda menjauh dari Yesus. Jika yang anda berikan kepada mereka hanyalah pengetahuan tentang Yesus tanpa memuridkan mereka untuk mengenal Yesus, ini sangat berbahaya. Yang akhirnya terjadi adalah anak-anak anda menjadi sangat akrab tentang Yesus tanpa mengenal Yesus.
Ini juga adalah peringatan bagi setiap umat Kristus. Kita bisa begitu akrab tentang Yesus sehingga kita tidak lagi terpesona dengan Yesus. Yesus telah menjadi kebiasaan seminggu sekali bagi kita. Beberapa tahun yang lalu sewaktu saya ada bersama anda di Surabaya, saya bertemu dengan sekelompok orang Kristen yang baru mulai mengerti Injil. Kelompok ini datang dari Jakarta. Mereka menyewa minivan dan melakukan perjalanan bersama dari Jakarta ke Surabaya hanya agar mereka dapat belajar lebih banyak tentang Injil dari gereja Gibeon. Jadi, mereka mengatur pertemuan dengan gembala anda dan saya ada disitu. Dan saya melihat betapa bersemangatnya mereka untuk belajar lebih banyak tentang Injil. Saya dapat melihat dari ekspresi wajah mereka betapa terpesonanya mereka terhadap keindahan Yesus melalui Injil. Mereka seperti, “Ini adalah berita terbaik yang pernah kami dengar. Bagaimana mungkinkami sudah menjadi orang Kristen bertahun-tahun dan tidak pernah mengetahui hal ini? Tolong beri tahu kami lebih banyak tentang Injil. Kami ingin melihat keindahan Yesus lebih dan lebih lagi. Tunjukkan Kristus kepada kami.” Kami akhirnya bertemu dan berbicara dengan mereka selama 7 jam. Tetapi bagi banyak dari anda hari ini, ketika anda mendengar tentang Injil, anda seperti, “Siapa yang khotbah hari ini? Ps Mike? Paling dia khotbah Injil lagi.” Anda sering mendengar Injil, anda dikelilingi oleh Injil, dan anda tidak melihat betapa istimewanya Injil.
Perhatikan. Tidaklah salah bagi anda untuk bosan dengan khotbah Pendeta Anda, meskipun jangan terlalu sering. Tidaklah salah jika anda menguap ketika dia berkhotbah. Bahkan mungkin beberapa dari anda sering tidur siang sewaktu khotbah. Itulah sebabnya ruangannya digelapkan jadi yang khotbah tidak bisa melihat anda tidur dan tidak sedih karenanya. Tetapi adalah sangat berbahaya untuk bosan dengan Yesus dan Injil Yesus. Beberapa dari anda telah berada di sekitar Yesus dan Injil begitu lama sehingga anda tidak lagi terkagum olehnya. Dan ini adalah tempat yang sangat berbahaya. Dan bagi beberapa dari anda, di sinilah dimana anda berada sekarang. Anda masih dekat dengan gereja. Anda masih menyebut diri anda seorang Kristen. Anda mungkin masih pelayanan setiap Minggu. Tetapi anda tidak lagi kagum dengan Yesus. Gereja hanya menjadi ritual hari Minggu.
Bahaya terbesar bagi banyak umat Kristus adalah Yesus hanyalah hobi hari Minggu; Dia adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan seseorang yang kita kasihi. Jadi, anda berpakaian bagus setiap hari Minggu dan mengenakan wajah gereja dan bertemu banyak orang gereja dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Kemudian anda datang dan bernyanyi tentang bagaimana Tuhan mencintai anda dan anda mencintai Tuhan meskipun anda mengetahui dalam hati anda bahwa anda bosan dengan dia. Anda tahu semua ritme gereja. Anda tahu kapan harus mengangkat tangan dan kapan harus memukul dada anda. Kemudian anda duduk dan mendengarkan Pengkotbah teriak-teriak kepada anda tentang betapa berdosanya anda dan kabar baik Injil yang memanggil anda untuk bertobat. Jadi anda merasa bersalah, minta ampun kepada Tuhan, transfer persembahan, dan kemudian anda pulang, dan kembali melakukan hal yang sama minggu depannya. Yesus hanyalah hobi setiap hari Minggu. Jadi anda cukup tahu tentang Yesus untuk menyebut diri anda seorang Kristen, tetapi sejujurnya, anda bosan dengan Yesus. Dan ini adalah tempat yang sangat berbahaya. Anda tidak boleh bosan dengan Yesus dan Injil Yesus.
Jadi, pertanyaannya adalah, apakah Yesus dan Injil Yesus masih berharga bagi anda? Apakah anda masih memberitakan Injil kepada diri anda sendiri secara terus-menerus? Atau apakah anda sudah terjebak dalam bahaya keakraban? Berhati-hatilah terhadap bahaya keakraban. Ini pelajaran yang pertama dari cerita ini.
Kedua, berhati-hatilah terhadap bahaya kesederhanaan. Alasan mengapa banyak orang di Nazaret menolak Yesus adalah karena Yesus terlalu biasa atau sederhana bagi mereka. Yesus berasal dari keluarga yang sederhana di kota yang sederhana. Dalam pemahaman mereka, Mesias pastinya bukan orang yang biasa saja. Mesias pastinya seseorang yang luar biasa dari kelas khusus di Yerusalem. Kesederhanaan Yesus menyinggung pemahaman manusia tentang bagaimana keselamatan seharusnya bekerja. Setiap agama lain mengatakan keselamatan harus mengesankan. Keselamatan membutuhkan usaha yang keras dari manusia untuk mencapai tahap yang lebih tinggi. Tetapi Kekristenan mengatakan keselamatan datang melalui cara yang sangat sederhana. Keselamatan membutuhkan Tuhan untuk datang kepada manusia dan menjalani kehidupan yang sederhana. Tuhan menjadi salah satu dari kita. Dan ini adalah hal yang sangat menyinggung.
Saya berikan sebuah contoh dari Perjanjian Lama. Ketika Naaman, seorang jenderal Siria, mencari kesembuhan untuk penyakit kustanya, dia pergi menghadap raja Israel dengan kekayaannya. Dia ingin membeli kesembuhannya dengan kekayaannya. Tetapi raja Israel tidak dapat menyembuhkannya dan kemudian Naaman pergi menemui nabi Elisa. Dan sekali lagi, Naaman menawarkan kekayaan kepada Elisa untuk menyembuhkan penyakit kustanya. Tetapi Elisa menolak kekayaan Naaman. Sebaliknya, Elisa berkata kepada Naaman bahwa jika dia ingin sembuh dari penyakit kusta, dia harus mencelupkan dirinya ke dalam Sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Dan Naaman sangat marah. Naaman tersinggung. Kenapa? Perhatikan. Naaman marah bukan karena hal itu terlalu sukar untuk dilakukan. Naaman marah karena hal itu terlalu mudah untuk dilakukan. Naaman marah karena apa yang Elisa katakan tidak sesuai dengan pengertian Naaman. Dia mengharapkan Elisa untuk memberitahu dia untuk membunuh seekor naga dan menyelamatkan sang putri.Atau mungkin untuk mendaki ke puncak gunung Himalaya untuk mendapatkan ramuan khusus. Tetapi untuk mencelupkan diri tujuh kali di Sungai Yordan tidak membutuhkan kemampuan atau pencapaian sama sekali. Siapapun bisa melakukan itu. Anak kecil dan idiotpun bisa. Hal itu terlalu mudah. Itu terlalu biasa. Itu terlalu sederhana.
Dapatkah anda melihat permasalahannya? Sebelum Naaman mengetahui bahwa Tuhan dalam Alkitab adalah Tuhan kasih karunia yang berkatnya tidak dapat diperoleh dengan usaha manusia, dia tidak akan menerima kesembuhannya. Selama Naaman mempertahankan kesuksesan dan kepentingan duniawinya, dia tidak akan mengalami kasih karunia Tuhan. Mencelupkan diri tujuh kali adalah perintah yang sangat sulit karena ini adalah perintah yang sangat mudah. Untuk melakukannya, Naaman harus mengakui bahwa dia tidak berdaya dan lemah, dan dia hanya dapat menerima kesembuhannya melalui iman. Naaman harus mengesampingkan pengetahuan, pola pikir, serta pencapaiannya, dan hanya memandang kepada Tuhan. Jadi, daripada datang kepada Tuhan dan berkata, “Lihat semua yang telah aku lakukan untuk mendapatkan kesembuhanku,” Tuhan ingin Naaman memandang kepada Tuhan. Yang Tuhan inginkan dari Naaman adalah kerendahan hati dan iman. Tuhan tidak peduli jika Naaman adalah orang yang hebat dengan pencapaian yang besar. Setiap orang datang kepada Tuhan dengan cara yang sama: kerendahan hati dan iman. Dan ini sangat amat sulit.
Salah satu hal yang tersulit untuk dilakukan adalah mengakui bahwa tidak ada yang dapat kita lakukan dengan usaha kita, dan yang dapat kita lakukan hanyalah menerima secara gratis. Ini membuat kita merasa lemah. Ini membuat kita merasa seperti pengemis.
Inti cerita Naaman adalah bahwa hanya kasih karunia Tuhan yang dapat menyelamatkan kita. Tetapi supaya kita dapat menerima kasih karunia, Tuhan harus terlebih dahulu menghancurkan kemandirian kita. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan kasih karunia. Kita tidak bisa menaruh harga pada kasih karunia Tuhan. Kasih karunia datang kepada kita sebagai pemberian cuma-cuma dari Tuhan. Tetapi tahukah anda mengapa begitu sulit bagi kita untuk menerima kasih karunia? Perhatikan. Kasih karunia terlalu sulit karena terlalu mudah. Kasih karunia menuntut kita untuk mengakui ketidakmampuan diri kita sendiri dan hanya berpegang teguh pada Tuhan. Itu menuntut kita untuk mengakui bahwa kita adalah orang yang berdosa sama seperti orang lain. Bahwa kita tidak berbeda dari pelacur dan pembunuh. Yang bisa kita lakukan hanyalah menerima. Dan yang harus kita lakukan hanyalah menerima. Itu saja. Itu sangat biasa. Itu sangat sederhana.
Injil adalah kabar baik, tetapi Injil menyinggung harga diri kita karena caranya sangat sederhana.
Satu-satunya yang dapat kita bawa kepada Tuhan adalah dosa-dosa kita. Dan satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah menerima keselamatan sebagai pemberian dari Tuhan. Hal ini sangat biasa dan sederhana. Berhati-hatilah terhadap bahaya kesederhanaan.Tetapi ini sisi lain dari kasih karunia.
Kasih karunia terlalu sulit karena terlalu mudah. Tetapi kasih karunia terlalu mudah karena terlalu sulit.
Perhatikan baik-baik. Kasih karunia tidak terlalu mudah karena murah tetapi karena terlalu mahal. Standar Tuhan sangat tinggi. Tuhan menuntut kesempurnaan atau tidak sama sekali. Dan tidak mungkin bagi kita untuk memenuhi standar Tuhan.
Kasih karunia mudah bagi kita karena ada orang lain yang membayar harga yang sulit. Injil adalah kabar baik bagi kita karena Injil adalah kabar buruk bagi satu sosok lain.
Tahukah anda mengapa kita menerima kasih karunia Tuhan secara cuma-cuma? Karena Yesus disebut “anak Maria.” Apakah anda tahu apa yang dikatakan orang-orang Nazaret dengan menyebut Yesus anak Maria? Mereka berkata, “Yesus, apakah menurutmu kamu hebat? Apakah kamu berpikir kamu adalah seseorang karena kamu dapat mengajar dengan baik dan dapat menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan? Kami akan mengingatkan kamu bahwa kamu bukan siapa-siapa. Kami tahu siapa kamu. Kami tahu sejarahmu. Kami tahu kamu adalah anak Maria. Tapi kami tidak tahu siapa ayahmu. Bisa saja Yusuf, bisa juga orang lain. Ini berarti kamu adalah pria tanpa identitas. Kamu adalah pria tanpa ayah. Kamu bukan siapa-siapa. Kamu hanyalah seorang bajingan.” Itulah yang mereka katakan kepada Yesus.
Dan kita mungkin berpikir bahwa tidak adil bagi mereka untuk memperlakukan Yesus seperti itu. Tetapi untuk itulah Yesus datang. Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi. Namun di kayu salib, Yesus benar-benar menjadi pria tanpa ayah. Apakah anda ingat apa yang dia katakan di kayu salib? “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkanku?” Di kayu salib, Yesus kehilangan kehadiran Allah Bapa. Mengapa? Bukan karena dia tidak memiliki ayah tetapi karena dia menerima penolakan yang pantas kita terima. Secara lahiriah, kita adalah musuh-musuh Tuhan. Kita adalah anak-anak Setan. Dan kitasama seperti orang-orang Nazaret. Kita menolak Yesus dan kita tidak percaya kepada Yesus. Tidak peduli berapa banyak tanda yang kita lihat dengan mata kita, kita buta terhadap kemuliaan dan kebesaran Yesus karena dosa-dosa kita. Dan kita pantas menerima hukuman kekal karena dosa-dosa kita.
Tetapi Yesus dengan sukarela mengambil apa yang pantas kita terima karena kasih. Yesus mengambil penolakan terbesar dari Tuhan sehingga ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita mendapatkan penerimaan terbesar dari Tuhan. Penolakan Yesus adalah penerimaan kita. Kita menerima penerimaan kita secara cuma-cuma karena Yesus telah ditolak di kayu salib. Dan sekarang, karena Yesus, kita menjadi anak-anak Allah. Kita memiliki Allah semesta alam sebagai Bapa kita. Dan tidak ada yang dapat mengeluarkan kita dari keluarga Allah. Ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, nama kita bukanlah “anak Maria.” Nama kita selamanya adalah “anak Allah Yang Mahatinggi.”
Pertanyaanya, apakah anda melihat itu? Apakah anda melihat Yesus mendapatkan penolakan terbesar yang pantas anda terima sehingga anda dapat dibawa masuk ke dalam keluarga Allah? Apakah kebenaran ini melelehkan hati anda? Apakah Injil membuat anda terpesona? Atau apakah andasudah jatuh ke dalam perangkap keakraban dan kesederhanaan? Kapan terakhir kali anda kagum dengan Yesus dan Injil Yesus? Saya berdoa agar anda tidak pernah bosan dengan Yesus dan Injil Yesus. Amin.