The Church Is United Under Godly Leaders
Ayat Bacaan
2 Timotius 1:8-14; 2:1-7
Ringkasan Khotbah
Paulus dipenjarakan bukan karena penjahat, tetapi karena melakukan pekerjaan Tuhan, sehingga Timotius tidak perlu malu bergaul dengannya. Ketika rekan seiman menderita karena mengikut Kristus, respon kita harus berupa solidaritas. Itu bisa menjadi kesaksian yang kuat untuk menunjukkan kasih kita kepada orang percaya lainnya bahkan ketika itu mempertaruhkan status sosial kita. Untuk itulah Paulus memanggil Timotius—kesediaan untuk mengambil risiko untuk mengidentifikasi diri dengan Yesus dan dirinya sendiri. Kita melihat contoh serupa di seluruh Alkitab, terutama di Kitab Ibrani. Musa “memilih untuk menderita bersama umat Allah” daripada memanfaatkan statusnya sebagai cucu Firaun (Ibr. 11:24-25), dan beberapa orang Kristen menanggung “ejekan dan penderitaan” untuk merawat orang-orang percaya di penjara (Ibr. . 10:32-34). Daripada merasa malu, kita hendaknya hidup tanpa rasa malu terhadap Injil.
Gereja telah dipercayakan dengan kebenaran suci Injil, dan kita harus membelanya dengan berani. Secara bersamaan, kita perlu mengatakan kebenaran dengan cara mewujudkan buah Roh—kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kebaikan, dan kelembutan. Nada dan sikap kita penting. Paulus berkata kita hendaknya menjaga Injil dengan iman dan kasih. Yesus sendiri penuh dengan kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14). Kita harus mengatakan kebenaran dengan cara yang berusaha untuk memenangkan orang dan bukan hanya argumen.
Pertanyaan Diskusi
Christ Connection
Menjelang akhir hidupnya, Paulus menulis surat kepada Timotius, salah satu rekan terdekatnya dalam pelayanan. Paulus menginstruksikan Timotius tentang bagaimana memenuhi panggilannya sebagai pemimpin di gereja dengan hidup tidak malu terhadap Injil, dengan setia memberitakan Injil, dan menemukan kekuatan di dalam Kristus. Karena Yesus mati untuk melayani gereja, kita dipanggil untuk hidup berkorban untuk melayani sesama melalui pemberitaan Injil.