Pembacaan : Lukas 6:27-36; Matius 18: 21-35

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Ulangan 1 - 2

 

Kita semua melakukannya, mungkin setiap hari. Kita tidak tahu mengapa kita melakukannya, tetapi dampaknya besar pada cara kita memandang diri kita dan cara kita merespons orang lain. Ini adalah salah satu alasan kenapa ada banyak masalah dalam hubungan bahkan di rumah Allah. Apakah hal ini yang kita semua cenderung lakukan sehingga menyebabkan banyak kerusakan? Kita semua lupa. Dalam kehidupan yang sibuk dan berpusat pada diri sendiri, kita lupa betapa hidup kita telah diberkati dan secara radikal diarahkan ulang oleh belas kasih. Fakta bahwa Allah telah memberkati kita dengan perkenan-Nya ketika kita layak menerima murka-Nya terhapus dari ingatan kita sama seperti ketika lirik lagu yang dulu kita tahu tetapi sekarang tidak bisa kita ingat. 

 

Realitas bahwa rahmat baru setiap pagi menyambut kita bukanlah yang menguasai pikiran saat kita sibuk menyiapkan hari kita. Ketika kita membaringkan kepala kita di akhir hari karena sangat butuh tidur, kita seringkali gagal untuk melihat banyak belas kasih yang datang dari tangan Allah bagi hidup kita. Kita tidak sering duduk dan merenungkan seperti apa hidup kita kalau belas kasih Sang Penebus tidak ditulis di dalam kisah kita. Sedihnya, kita cenderung sering lupa pada belas kasih.

 

Lupa pada belas kasih itu berbahaya, karena itu membentuk cara Anda memikirkan diri Anda dan sesama. Ketika Anda mengingat belas kasih, Anda juga mengingat bahwa Anda tidak melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan belas kasih yang Anda terima. Ketika Anda mengingat belas kasih, Anda rendah hati, bersyukur, dan lembut. Ketika Anda mengingat belas kasih, keluhan menjadi jalan kepada ucapan syukur dan keinginan yang egois menjadi jalan kepada penyembahan. 

 

Namun, ketika Anda melupakan belas kasih, Anda dengan sombong berkata bahwa apa yang Anda punya adalah apa yang Anda raih. Ketika Anda melupakan belas kasih, Anda mengambil pujian yang seharusnya diterima belas kasih. Ketika Anda melupakan belas kasih, Anda mengatakan diri Anda benar, layak, dan menjalani hidup yang menuntut.

 

Ketika Anda melupakan belas kasih dan berpikir Anda layak, Anda akan sulit memberikan belas kasih kepada orang lain. Dengan sombong, Anda berpikir Anda mendapatkan apa yang Anda layak dan mereka juga. Hati yang sombong tidaklah lembut, jadi hati yang sombong tidak mudah tergerak oleh penderitaan orang lain. Anda lupa bahwa Anda lebih mirip dengan saudara Anda yang membutuhkan, gagal mengakui bahwa tidak satu pun dari Anda yang layak berdiri di hadapan Allah.

 

Kerendahan hati adalah tanah di mana belas kasih bagi orang lain bisa tumbuh. Ucapan syukur bagi belas kasih yang diterima memotivasi kita untuk memberi belas kasih. Paulus berkata, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef. 4:32). 

 

Berbelas kasih berarti saya sangat bersyukur untuk pengampunan yang sudah saya terima sehingga saya tidak tahan untuk memberikan pengampunan yang sama.