MENINGGALKAN WARISAN
Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! 2 Timotius 4:5
Masing-masing dari kita akan meninggalkan warisan. Setiap hari kita menambahkan sesuatu pada potret kehidupan kita, dan pada akhirnya apa yang kita tinggalkan—keputusan kita, kontribusi kita, prioritas kita—akan tetap ada, setidaknya untuk sementara waktu, untuk direnungkan dan dipertimbangkan oleh orang lain.
Di akhir surat Paulus yang kedua kepada Timotius, kita menemukan perkataan seorang pria lanjut usia yang hidupnya akan segera berakhir: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat” (2 Timotius 4:6). Dalam konteks ini, dia menasihati Timotius untuk melakukan tanggung jawabnya dengan serius, untuk mempertimbangkan warisannya, dan untuk merenungkan warisan yang bermanfaat maupun yang merugikan yang ditinggalkan oleh banyak orang yang ditemui Paulus. Dalam pasal pembuka, Paulus mengingatkan Timotius bahwa “semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes” (2 Timotius 1:15). Orang-orang ini disebutkan dalam Alkitab, dengan tujuan untuk mengingatkan kita bahwa mereka meninggalkan orang yang membutuhkan. Paulus juga memperingatkan Timotius untuk waspada terhadap orang-orang seperti Himeneus dan Filetus, yang “perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker” dan yang “menyimpang dari kebenaran,” atau seperti “Aleksander, tukang tembaga itu,” yang, menurut Paulus, “telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku” (2:17-18; 4:14). Ketika kita melihat potret-potret yang ditinggalkan oleh orang-orang ini, kita melihat warisan desersi, pengajaran palsu, dan penentangan terhadap Injil.
Namun surat Paulus juga penuh dengan mereka yang meninggalkan warisan yang berguna dan bermanfaat. Misalnya, Lois dan Eunike menunjukkan iman yang tulus, yang Paulus yakini kini ada dalam diri hamba Tuhan muda ini (2 Timotius 1:5). Demikian pula, Paulus menasihati anak didiknya untuk mengingat Onesiforus, yang “berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku” (ayat 16-17). Onesiforus meninggalkan warisan iman, keberanian, dan keyakinan. Jika dia mengatakan dia akan berada di suatu tempat, dia ada di sana. Dia adalah orang yang dapat diandalkan oleh Paulus.
Kita semua meninggalkan warisan. Saat kita keluar dari sebuah ruangan, entah kita meninggalkan aroma Kristus yang menyebarkan pengetahuan tentang Dia ke mana-mana (2 Korintus 2:15-16), atau kita meninggalkan aroma kurang sedap berupa pengagungan diri sendiri atau kata-kata kosong dan tidak berarti apa-apa. Warisan kesetiaan, kesalehan, kebaikan, kelembutan, kejujuran, integritas, kasih, dan kedamaian adalah warisan yang akan dikenang. Namun yang paling penting, hal ini akan mengarahkan orang-orang kepada pribadi yang paling berarti dalam hidupnya— Tuhan Yesus.
Sebuah warisan adalah bertambahnya keputusan sehari-hari untuk membuat perbedaan bagi Kristus: mengasihi Dia dan mengasihi sesama kita, mengejar perdamaian dan berbicara tentang Dia. Hari ini, Anda akan membangun bagian kecil—atau mungkin besar—dari warisan Anda sendiri. Maka lakukanlah pekerjaan yang telah Allah persiapkan untuk Anda lakukan dan buatlah perbedaan bagi-Nya. Lagi pula, kita tidak pernah tahu kapan kita baru saja melakukan setoran terakhir atas warisan yang akan kita tinggalkan.
Refleksi
Bacalah Titus 2:2-14 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Hosea 9 – 11: Matius 19
Truth For Life – Alistair Beg