BERTEKUN DALAM FIRMAN ALLAH

“dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat. Kisah Para Rasul 6:4-5

 

Meskipun peristiwa Pentakosta dan pelayanan yang dihasilkannya sungguh luar biasa, para rasul dan para pengikut mereka tidak berkata setelahnya,  Sekarang karena Roh Allah mengajariku; aku tidak perlu mendengarkan orang lain. Sebaliknya, ketika dipenuhi dengan Roh Kudus, mereka mendengarkan khotbah dan pengajaran firman Allah yang otoritatif. Hal ini memberi kita pelajaran penting: Roh Allah selalu memimpin umat Allah untuk hidup dalam tuntunan firman Allah.

 

Inilah sebabnya mengapa kitab Kisah Para Rasul penuh dengan khotbah. Para rasul menyadari bahwa instrumen tertinggi Allah untuk memperbaharui umat-Nya menurut gambar putra-Nya adalah melalui firman-Nya, sebagaimana Roh-Nya bekerja melalui firman-Nya. Di sini, di Kisah Para Rasul pasal 6, kita melihat sebuah contoh mengenai prioritas dan perlindungan yang diberikan para rasul kepada mereka yang dipanggil dan diperlengkapi untuk mengajar. Para rasul menyadari betapa pentingnya dipercaya sebagai hamba untuk membawa firman Allah ke hadapan manusia.

 

Kitab-kitab Perjanjian Lama kadang disebut “nubuat” para nabi. Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai “beban” (lihat, misalnya, Yesaya 13:1, KJV). Ini menggambarkan beban yang muncul dalam hati dan pikiran karena adanya tanggung jawab besar untuk menyampaikan kebenaran Allah kepada manusia. Pada abad kesembilan belas C.H. Spurgeon mengakui adanya beban ini dengan menyatakan bahwa mimbarnya lebih berpengaruh daripada takhta raja Inggris, karena ia membawa pesan dari takhta Allah ke mimbar itu dan menyampaikan kebenaran doktrin kristen.

 

Kita harus berdoa dan melindungi mereka yang dipanggil untuk mengajarkan kebenaran Kitab Suci, baik kepada jemaat, atau kepada anak-anak kecil, atau dalam konteks lainnya. Bukanlah hal sepele untuk berdiri secara teratur di antara Allah yang mahakudus dan umat-Nya, sambil menyatakan firman-Nya. Ini merupakan beban berat sekaligus keistimewaan yang luar biasa.

 

Selain mendoakan para guru dan pengkhotbah, kita juga harus rendah hati dan bersemangat untuk duduk dan belajar di bawah ajaran firman Allah. Teladan pengabdian seperti ini diberikan oleh gereja mula-mula dalam dedikasinya terhadap pengajaran para rasul (Kisah Para Rasul 2:42). Hal yang sama seharusnya terjadi di masa kini; kita harus berkomitmen pada pengajaran yang didasarkan pada kebenaran Perjanjian Baru yang diwahyukan kepada para rasul dan dibangun di atas dasar doktrin Perjanjian Lama. Kita tidak boleh menghabiskan seluruh waktu kita untuk mengemil makanan cepat saji yang menyita waktu kita, acara TV yang mengkonfirmasi apa yang sudah kita pikirkan, dan buku atau video game yang menawarkan pelarian dari dunia nyata. Sebaliknya, kita perlu menyantap Firman Allah. Biarkan itu menjadi makanan rohani Anda dan Anda akan menemukan setiap hari bahwa Roh Allah membawa Anda lebih dalam ke dalam suka cita dan kebenaran.

 

Refleksi

Bacalah Mazmur 119:81-96 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yehezkiel 33-34Yohanes 16

Truth For Life – Alistair Beg