PERINTAH BAGI SUAMI
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginyauntuk menguduskannya. Efesus 5:25-26
Oleh kasih karunia Allah, setiap pernikahan Kristen lebih dari sekadar pernikahan. Tujuan pernikahan manusia adalah untuk menunjukkan pernikahan tertinggi yang dibuat di surga: pernikahan antara Kristus sebagai Mempelai Pria, dan gereja, mempelai wanita-Nya. Pernikahan, dengan kata lain, adalah tentang tujuan akhir Allah “untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi” (Efesus 1:10). Inilah sebabnya mengapa Paulus memberikan instruksi khusus bagi para suami: agar pernikahan mereka dapat menunjukkan persatuan yang dikehendaki Allah. Dalam pernikahan, tujuan utama suami bukanlah untuk memastikan istrinya tetap sehat secara fisik dan emosional. Tentu saja hal itu termasuk di dalamnya—tetapi tujuan utamanya adalah agar istrinya siap bertemu dengan Yesus.
Oleh karena itu, kata yang Paulus gunakan untuk “kasih” di sini adalah agape. Ini penting karena kata ini mengungkapkan pengorbanan dan merendahkan diri. Ini adalah tentang apa yang kita berikan, bukan apa yang kita dapatkan. Ini adalah tentang utang kita, bukan piutang kita. Ini bukan tentang mencari apa yang baik bagi Anda; ini tentang menyerahkan diri Anda demi apa yang benar-benar baik bagi istri Anda, sehingga dia bisa “cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa” (Efesus 5:27). Inilah tujuan Kristus memberikan hidup-Nya bagi gereja-Nya; dan, sebagai gambarannya, seorang suami wajib menyerahkan dirinya dan mengejar istrinya.
Namun bagaimana caranya Anda sebagai seorang suami, secara praktis mencintai dengan cara seperti ini? Salah satu langkah praktisnya adalah berhenti mengabaikan istri Anda secara fisik, emosional, dan spiritual. Dan, jika tanggung jawab karier, klub, atau gereja mengganggu hubungan kalian, Anda mungkin perlu mengevaluasi kembali komitmen Anda. Kedua, jangan melecehkan istri Anda. Ini berarti tidak meremehkan, merendahkannya, memperlakukannya dengan tidak hormat, atau bertindak seolah-olah dia benar-benar beruntung menikah dengan Anda. Dan terakhir, Anda perlu memastikan bahwa Anda tidak pernah menganggap remeh pernikahan Anda, yang seiring berjalannya waktu mungkin menjadi sesuatu yang biasa.
Meskipun pengingat praktis ini bermanfaat, tolak ukur utama dan motivasi untuk mencintai adalah kasih Kristus bagi mempelai wanita-Nya. Tanpa pandangan yang jelas tentang betapa Yesus mengasihi gereja-Nya, niat terbaik kita akan gagal, dan kegagalan akan menghancurkan kita. Jadi kita harus memandang kepada Kristus, yang meskipun Dia tidak membutuhkan siapa pun dan apa pun, datang dan menyerahkan diri-Nya agar kita, dalam kebutuhan, pemberontakan, dan kekosongan kita, dapat lari ke dalam pelukan-Nya, disambut dalam hati-Nya, dibawa ke dalam keluarga-Nya, dan dianggap sebagai bagian dari mempelai wanita-Nya.
Apakah Anda mendapati diri Anda berkata, “Mengapa Dia mencintaiku seperti itu?” Jika demikian, Anda melihat betapa pentingnya panggilan bagi para suami untuk “kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat.” Jadi jika Anda seorang suami, atau berharap suatu hari nanti akan menjadi suami, awalilah dengan doa: berdoalah agar Roh Kudus memampukan Anda berpikir secara Alkitabiah, taat, dan benar-benar mencintai tanpa syarat. Dan jika Anda seorang istri, atau berharap suatu hari nanti akan menjadi istri, hendaknya ini juga menjadi doa Anda untuk suami Anda, demi kebahagiaan Anda dan kebahagiaannya, tetapi terutama demi kemuliaan Allah.
Refleksi
Bacalah Efesus 5:22-32 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Mazmur 146-147; Yohanes 1: 1-28
Truth For Life – Alistair Beg