Pembacaan : Yohanes 5 : 19 - 29

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Matius 13 - 14

 

Salah satu tema renungan ini adalah bahwa semua manusia memiliki kecenderungan teologis, baik yang menganggap dirinya religius atau tidak. Semua orang ingin hidup yang masuk akal. Setiap orang adalah penerjemah yang berkomitmen. Tidak ada orang yang bisa meninggalkan hidupnya. Kita semua meneliti hidup kita, mencoba memahaminya. Kita semua mengembangkan sistem teologi kita sendiri, Alkitabiah atau tidak. Kita semua mengembangkan filosofi kehidupan tertentu. Kita semua membawa cara pandang yang membentuk cara kita berpikir, hal-hal yang kita inginkan, pilihan yang kita buat, kata-kata yang kita ucapkan, dan tindakan yang kita ambil. Tak satu pun dari kita pasif. Kita semua membentuk cara hidup memandang diri kita sendiri.

Jadi Allah, yang mengetahui siapa kita dan mengetahui bahwa kita dirancang untuk memahami hidup kita, telah memberi kita Firman-Nya. Di dalamnya, Dia mengungkapkan siapa Dia, Dia mendefinisikan siapa kita, Dia menjelaskan arti dan tujuan hidup, Dia mengungkap masalah terbesar umat manusia — dosa — dan Dia menunjukkan kepada kita harapan akan anugerah-Nya yang luar biasa. Dia tidak memberi tahu kita segalanya, karena kita tidak akan dapat memahami segalanya atau menghadapinya dalam kehidupan kita sehari-hari, tetapi dia memberi kita semua bagian yang diperlukan dari “cara pandang dari asal sampai kekekalan” sehingga kita dapat hidup sebagaimana kita diciptakan.

Kekekalan adalah bagian penting bagi cara pandang Alkitabiah ini. Alkitab mengkonfrontasi kita dengan kenyataan bahwa bukan hanya ini yang ada. Alkitab memberitahu kita bahwa dunia ini sedang berjalan menuju suatu akhir. Anda dan saya adalah makhluk abadi yang akan menghabiskan kekekalan di suatu tempat. Entah itu di hadirat Allah selama-lamanya atau terpisah darinya di tempat hukuman abadi selama-lamanya.

Realitas kekekalan membuat kita menjalani masa kini saat ini dengan keseriusan dan harapan. Cara hidup Anda penting karena ada kekekalan yang harus diikuti. Pilihan yang Anda buat penting karena ada kekekalan. Hal-hal yang Anda yakini penting karena dunia sedang bergerak menuju kekekalan. Hal-hal yang kepadanya Anda menyerahkan hati Anda penting karena ada hari esok yang kekal. Anda tidak bisa berpegang pada cara pandang “yang penting adalah kesenangan sesaat” dan percaya pada kekekalan pada saat yang sama. Dalam terang kekekalan, tidak masuk akal untuk melupakan Allah dan hidup untuk diri sendiri. Di hadapan kekekalan, tidak rasional untuk menulis aturan Anda sendiri dan menuntut cara Anda sendiri. Kekekalan mengharuskan Anda untuk menjalani hidup dengan serius.

Namun, kekekalan juga mengisi momen ini dengan harapan. Karena saya tahu bahwa bukan hanya ini yang ada, saya juga tahu bahwa dosa, cobaan, dan penderitaan saat ini tidak akan berlangsung selamanya. Bagi anak-anak Allah, kekekalan menjanjikan bahwa dosa akan mati, penderitaan akan berakhir, cobaan kita tidak akan ada lagi, dan kita akan hidup dengan Allah dalam kedamaian yang sempurna untuk selama-lamanya. Anda tidak bisa memahami hidup dengan benar tanpa melihatnya dari perspektif kekekalan.

 

Tanpa kekekalan di pusat pemikiran kita, gambaran hidup kita seperti puzzle yang kehilangan bagian utamanya.