Baca: Habakuk 1:1-11
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong? (Habakuk 1:2)
Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 19-21
Sepasang suami istri sedang berdoa untuk sebuah harapan. Tetapi tahun demi tahun berjalan dan nyatanya doa itu tidak terwujud. Situasi malah makin memburuk. “Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kau dengar. Kami berseru dan Engkau tidak juga menolong?” serunya. Apakah kita juga sedang berseru kepada-Nya untuk sebuah keadaan yang sangat mendesak? Apakah kita sedang menanti-nantikan datangnya pertolongan Tuhan? Atau kapan Ia akan membebaskan hutang-hutang kita?
Nabi Habakuk dilanda perasaan yang sama. Ia pun berseru-seru: “Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar? Kapan Engkau akan menghentikan segala penindasan ini? Tuhan, mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku segala kejahatan ini? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi.” Hatinya tidak tahan menyaksikan kelaliman di depan matanya. Hatinya jengah karena merasa Tuhan seolah membiarkan dan mengabaikan ketidakadilan itu. Bisa saja ia berpikir, “Percuma, Ia tidak melakukan apa pun!”
Tak jarang, kita berpikir seperti Habakuk. Ketika harapan kita serasa diabaikan-Nya, kita pun merasa Tuhan tidak peduli dan melupakan kita. Namun sesungguhnya Tuhan tidak mengabaikan kita. Kita hanya diminta-Nya untuk tetap berharap dan percaya sampai Ia menjawabnya pada waktu-Nya. Dan Ia menghendaki kita belajar percaya meski sulit bagi kita untuk memahami jalan-jalan- Nya di tengah buruknya situasi kita.
SEKALIPUN KITA TIDAK AKAN PERNAH MAMPU MEMAHAMI JALAN-JALAN-NYA,
NAMUN KITA PERCAYA BAHWA JALAN-NYA ADALAH TERBAIK UNTUK KITA