Baca: 2 Timotius 4:14-22
Salam dari Ebulus dan Pudes dan Linus dan Klaudia dan dari semua saudara. Tuhan menyertai rohmu. Anugerah-Nya menyertai kamu! (2 Timotius 4:21b-22)


Bacaan Alkitab Setahun: 
1 Samuel 17-18



Salah satu pangkal kekecewaan ialah harapan yang tidak terpenuhi. Kita berharap si Aris membela kita. Si Culun seharusnya mengerti kesulitan kita. Si Dika semestinya ingat kebaikan yang pernah kita lakukan. Nyatanya tidak demikian. Semakin banyak ekspektasi, semakin sering kita kecewa. 

Paulus bersurat kepada Timotius dari penjara Roma. Terungkap betapa ia sering disakiti dan dikecewakan, baik oleh para lawan maupun kawan. Salah seorang penentang yang sering menyulitkannya ialah Aleksander (ay. 14; lih. 1Tim. 1:19-20). Sewaktu penahanan dan pengadilannya yang pertama di Roma, ia merasa ditinggalkan kawan-kawan (ay. 16). Termasuk oleh keempat orang yang disebutnya (ay. 21). Namun, tiada jejak kekecewaan berkepanjangan kepada mereka. Paulus memercayakan pengalaman buruknya kepada Tuhan (ay. 14, 17). Ia memilih untuk hidup dalam kasih karunia-Nya. Jadi, ia pun berkarunia membebaskan diri dan orang lain dari ekspektasi yang terlampau menuntut. Ucapan “anugerah-Nya menyertai kamu” (ay. 22) bukan basa-basi belaka. 

Berharap itu wajar. Apalagi kepada orang-orang terdekat dalam hidup kita. Namun, jangan diperbudak olehnya. Setiap orang memiliki kemampuan, kesempatan, dan keterbatasan. Tak perlu kebahagiaan kita ditentukan oleh sikap orang lain. Alih-alih menuntut, kita dapat belajar memberikan pengertian dan pengampunan. Sebab kita juga telah lebih dulu menerimanya dari Tuhan dan mereka yang telah bersabar pada kita. Kiranya kita hidup dalam kasih karunia dan menikmati buahnya.


KASIH KARUNIA ALLAH BARULAH BENAR-BENAR KITA RASAKAN
APABILA KITA MENERIMANYA, LALU MENERUSKANNYA KEPADA SESAMA