Pembacaan : Amsal 17
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 78 - 80
Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. (Amsal 17:27)
PERKATAAN YANG TENANG. Ada perbedaan antara dua sikap atau kepribadian yang berbeda: orang yang "panas" dan orang yang "berjiwa dingin". Orang yang "panas" mengacu pada seseorang yang terburu-buru, tidak sabar, dan ingin segera berbicara atau bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau dampak yang mungkin terjadi. Mereka mungkin memiliki dorongan kuat untuk mengungkapkan pendapat mereka atau untuk mencapai tujuan mereka secepat mungkin. Namun, perilaku ini juga dapat mengarah pada keputusan yang kurang dipikirkan atau reaksi yang terlalu emosional.
Di sisi lain, orang yang "berjiwa dingin" adalah orang yang tenang, sabar, dan mampu menjaga ketenangan dalam situasi sulit atau menantang. Mereka cenderung mempertimbangkan baik-baik sebelum bertindak, memperhitungkan konsekuensi dan mencari pemahaman yang lebih mendalam sebelum berbicara atau mengambil keputusan. Orang yang berjiwa dingin juga mampu mengendalikan emosi mereka dengan baik dan tidak terburu-buru dalam mengambil langkah-langkah. Orang yang berjiwa dingin adalah orang yang bijak. Mereka menyadari bahwa apa yang mereka katakan mungkin memiliki kebenaran dan penting, namun mereka juga menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki kekuatan untuk membuka hati orang lain dan membuat mereka memahami. (bdk. Kis 16:14; Yoh 6:44).
“Ada tiga alasan untuk menjadi tenang. Pertama, memberikan waktu untuk memeriksa secara adil (Amsal 18:13; bdk. ayat 17); kedua, memungkinkan emosi menjadi dingin (15:1: “Jawaban yang lembut”); dan ketiga, pengaruhnya sangat kuat: “lidah lembut mematahkan tulang” (Amsal 25:15). Yesus tidak pernah menyerah pada kata-kata yang tidak terkendali atau berapi-api bahkan ketika berada di bawah penderitaan terbesar (Yesaya 53:7) atau provokasi terbesar (1 Petrus 2:23). Namun, perlu diingat, Yesus bukan sekadar teladan untuk dijunjung tinggi. Sebagai Juruselamat kita, Dia mengirimkan Roh Kudus-Nya dan mengubah kita menjadi serupa dengan-Nya.
Apakah kata-kata Anda selalu lembut dan tenang? Kapan terakhir Anda tidak begitu? Apakah hasilnya?
Doa: Bapa, ketika Elia mencoba mendengarkan-Mu, Engkau tidak berada dalam gempa bumi, angin, atau api, tetapi dalam “angin sepoi-sepoi basa.” Meskipun dosa-dosaku telah menyebabkan kemarahan-Mu, Engkau tidak membalas dengan murka, tetapi dengan anugerah dan belaskasihan. Mohon, ubahlah kata-kataku menjadi kata-kata yang tenang dan penuh kasih.