BAPA, AMPUNILAH MEREKA
“Yesus berkata: ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.” — Lukas 23:34
Dari semua seruan yang pernah keluar dari mulut orang yang dihukum mati secara tidak adil, tidak ada yang lebih menggetarkan daripada kata-kata ini: “Bapa, ampunilah mereka.”
Prajurit yang menyalibkan Yesus mungkin merasa sudah terbiasa dengan teriakan, makian, dan caci-maki dari orang yang mereka hukum. Tapi kali ini berbeda. Mereka mendengar Yesus berdoa untuk mereka. Bisa dibayangkan, mungkin salah satu prajurit berkata, “Apakah Dia benar-benar berkata, ‘Ampunilah mereka’?” dan yang lain menjawab, “Ya… sepertinya memang begitu.”
Sebelumnya, dalam pelayanan-Nya, Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk “mengasihi musuhmu” dan “berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kamu” (Luk. 6:27-28). Dan di atas salib, Yesus sendiri melakukan apa yang Ia ajarkan. Doa-Nya bukan sekadar teladan, tetapi juga tantangan besar bagi kita. Jika Yesus sanggup mengampuni dalam penderitaan yang begitu dahsyat, bukankah kita juga dipanggil untuk mengampuni?
Namun, kita perlu memahami hal penting ini: apakah doa Yesus itu berarti semua orang otomatis diampuni, tanpa melihat pertobatan hati mereka? Jelas tidak. Perhatikan konteksnya. Yesus sedang menyerahkan nyawa-Nya untuk membayar harga dosa dan membuka jalan menuju surga. Paulus menuliskan dalam 2 Korintus 5:19, “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.”
Artinya, Allah tidak menutup mata terhadap dosa—seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia juga tidak menganggap dosa itu sepele. Dosa manusia tidak diperhitungkan karena semuanya sudah ditimpakan kepada Yesus. Dengan demikian, Allah tidak mengabaikan ketidakadilan, meskipun Ia menawarkan pengampunan. Demikian pula, Ia tidak memanggil kita untuk mengabaikan kejahatan, melainkan untuk meneladani kasih-Nya yang mengampuni.
Jadi, ketika Yesus berdoa, Dia bukan hanya mendoakan para prajurit yang menyalibkan-Nya. Dia juga mendoakan agar mereka menyadari kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat, mengenali bahwa Dialah Juruselamat itu, bertobat dari dosa, dan menerima pengampunan yang penuh dari Allah. Dengan kata lain, Yesus berdoa agar kebenaran dari 2 Korintus 5:21—bahwa Allah “membuat Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” benar-benar mengubah hati dan hidup mereka.
Hari ini, kabar baik itu juga untuk kita. Semua dosa kita tidak lagi diperhitungkan terhadap kita karena sudah ditimpakan kepada Yesus. Saat kebenaran dari doa dan kematian Yesus benar-benar menyentuh pikiran dan menggerakkan hati kita, kita tidak lagi hanya sekadar tahu bahwa pengampunan itu mungkin, tetapi sungguh-sungguh mengalaminya sendiri.
Dan ketika pengampunan itu menjadi nyata dalam hidup Anda, Anda pun terdorong untuk berdoa agar Allah menjangkau orang-orang di sekitar Anda dengan pengampunan yang sama—sambil berusaha untuk mempraktikkan pengampunan dalam hidup Anda.
Refleksi
Bacalah Matius 26:26-29 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 27–29; Yohanes 14