BAHAN BAKAR UNTUK MEMBERI DENGAN SUKACITA
“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita … Kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.” — 2 Korintus 9:6–7, 11
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Salah satu alasannya adalah karena Allah sendiri adalah Pribadi yang memberi dengan sukacita—Ia dengan rela dan murah hati memberikan diri-Nya dan segala yang baik kepada umat-Nya. Dan salah satu pemberian baik yang Allah berikan kepada kita adalah serangkaian janji dan hikmat untuk menjadi “bahan bakar” sukacita kita ketika memberi. 2 Korintus 9 penuh dengan dorongan seperti itu.
Paulus mengajar bahwa “siapa yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan siapa yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Ini pada dasarnya adalah sebuah pepatah, mirip dengan yang kita temukan dalam Perjanjian Lama: “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan” (Ams. 11:24). Hal penting yang perlu kita ingat tentang pepatah adalah bahwa itu berbicara tentang kebenaran umum, bukan janji yang pasti. Paulus tidak sedang memberikan rumus: kalau memberi sejumlah tertentu, kita akan mendapat balasan sekian kali lipat. Sebaliknya, ia mendorong jemaat untuk memberi dengan rela dan murah hati, karena ada berkat khusus yang kita alami saat melakukannya. Memberi dengan murah hati selalu mendatangkan sukacita yang tidak pernah dirasakan oleh orang yang kikir. Bayangkan jika kita hanya menanam sedikit biji bunga lalu berharap memiliki taman yang indah—tentu kita akan kecewa. Tetapi jika kita menabur banyak, segenggam demi segenggam, hasilnya pasti indah dan berlimpah.
Paulus menambahkan dorongan lain untuk memberi dalam ayat-ayat berikutnya. Ia berkata bahwa orang yang murah hati “akan diperkaya dalam segala hal.” Sayangnya, banyak orang berhenti membaca sampai di situ dan langsung menyimpulkan bahwa Allah pasti akan membuat mereka kaya setelah memberi uang. Memang Allah bisa memberkati demikian, tetapi Paulus menegaskan tujuan yang sebenarnya: “Kamu akan diperkaya dalam segala hal untuk dapat bermurah hati dalam segala hal.” Artinya, bila Allah memperkaya kita, itu bukan supaya kita menumpuk harta, melainkan agar kita semakin murah hati, sehingga pada akhirnya memunculkan ucapan syukur kepada Allah. Betapa indahnya janji ini: ketika kita memberi, Allah mencukupkan kita supaya kita bisa terus memberi!
Betapa luar biasanya janji ini! Allah berjanji akan melipatgandakan kemurahan hati kita, supaya kita bisa terus memberi lebih banyak lagi. Kalau begitu, bagaimana mungkin kita masih bersikap kikir di hadapan janji-Nya yang begitu besar?
Sayangnya, janji dan pepatah ini sering disalahgunakan, dijadikan alat untuk memanipulasi orang agar memberi dengan motivasi yang salah. Padahal, kita tidak butuh janji palsu tentang kemakmuran atau bujukan yang membuat kita merasa tertekan. Firman Tuhan sendiri sudah cukup kuat untuk meneguhkan hati kita agar memberi dengan sukacita. Semua janji dan firman-Nya begitu kaya dan berlimpah, itulah bahan bakar sejati yang menyalakan sukacita orang percaya ketika memberi.
Kita bisa merenungkan kembali kebenaran ini dalam Kristus, Juruselamat kita yang “sekalipun Ia kaya, namun karena kamu Ia menjadi miskin, supaya oleh karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya” (2 Kor. 8:9). Hanya dengan memandang kepada Kristus, kita bisa memberi dengan cara yang benar-benar memuliakan Allah: memberi dengan pengorbanan sekaligus dengan sukacita.
Refleksi
Bacalah 2 Korintus 9:6-15 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 30–32; Yohanes 15