KALAHKAN DENGAN KEBAIKAN
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Efesus 4:32
Polarisasi adalah realitas yang umum terjadi di dunia kita—dan memang sudah demikian sejak lama. Dalam konteks kita saat ini, hal ini paling jelas terlihat melalui kebencian yang sering kali dilontarkan di media saat menanggapi berbagai isu yang sensitif. Namun, kenyataannya adalah bahwa dosa merupakan bentuk polarisasi yang paling mendasar. Dosa selalu menciptakan permusuhan—dan tragisnya, hal ini bisa terjadi bahkan di antara umat Allah sendiri.
Lalu, bagaimana kita bisa mengejar perdamaian di dunia yang penuh polarisasi ini? Tidak ada solusi yang mudah. Namun, ada satu langkah sederhana: kebaikan. Melalui rasul Paulus, Allah memerintahkan kita untuk “ramah seorang terhadap yang lain.” Dalam 1 Tesalonika 5:15 kita juga diingatkan: “Usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.”
Perintah ini mungkin terdengar klise, bahkan terasa naif, mengingat begitu banyak keresahan dan permusuhan yang ada di sekitar kita—termasuk sikap yang tanpa sadar juga kita tunjukkan kepada diri sendiri. Namun, bayangkan jika hidup Anda diwarnai oleh kata-kata yang baik, lahir dari pikiran yang baik, dan diwujudkan dalam perbuatan baik. Menurut Anda, apa dampaknya?
Coba pikirkan dalam lingkaran yang dimulai dari keluarga, lalu tetangga, rekan kerja, dan seterusnya. Seperti apa hubungan Anda dengan mereka jika benar-benar dipenuhi dengan kebaikan?
Tentu saja, membayangkan diri bersikap baik adalah satu hal; tetapi sungguh menunjukkan kebaikan dalam kehidupan nyata—terutama di situasi yang sulit—adalah tantangan yang berbeda. Saat kebaikan terasa seperti angan-angan yang mustahil, jangan lupakan Efesus 4:32: kita hanya dapat menunjukkan kebaikan, kelembutan hati, dan pengampunan karena Allah sendiri telah terlebih dahulu melimpahkannya kepada kita melalui Yesus Kristus.
Efesus 2:14 menegaskannya demikian: “Dialah damai sejahtera kita.” Ketika Yesus Kristus menjadi sumber damai sejahtera kita, ketika pengharapan kita berakar teguh di dalam Dia, dan ketika kita benar-benar memahami bahwa Allah telah mengampuni kita di dalam Kristus, maka kita pun akan siap untuk melimpahkan kebaikan kepada sesama.
Akan ada banyak rintangan—termasuk dari hati kita sendiri. Namun, kita tidak akan salah jika kita terus berusaha untuk menghujani orang lain dengan kebaikan “dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah,” (1 Petrus 4:11).
Refleksi
Bacalah Efesus 4:32 – 5:2 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 14; Ibrani 11:1-19
Truth For Life – Alistair Beg