Baca: 1 Raja-raja 18:16-19
Jawab Elia kepadanya: “Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini .…” (1 Raja-raja 18:18)
Bacaan Alkitab Setahun:
Yehezkiel 33-36
Pak Marto, guru kala saya masih SMP. Beliau selalu marah besar terhadap murid yang ketika bersalah dan ditegur malah berusaha membenarkan diri dengan cara menudingkan kesalahan serupa pada teman yang lain. Dulu saya tidak paham mengapa beliau marah sedahsyat itu. Setelah dewasa, saya mengerti, guru kami itu sedang mengajarkan sesuatu yang serius kepada kami.
Israel sedang dilanda tahun-tahun kekeringan yang dahsyat (1Raj. 17:1). Berikutnya, akibat kegagalan cocok tanam, kelaparan pun menyerbu dengan ganasnya (1Raj. 18:2). Penyebabnya adalah rentetan tindakan Raja Ahab yang menimbulkan sakit hati Tuhan (1Raj. 16:30-33). Celakanya, ia tidak merasa bertanggung jawab malahan mencari dan menudingkan jarinya kepada Elia seraya menganggapnya sebagai sumber petaka bangsa (ay. 17). Dapat dipahami kenapa Tuhan mengutus Elia untuk menegur langsung dengan keras raja yang tidak tahu diri itu (ay. 18).
Sejujurnya mengakui andil kesalahan kita bukanlah perkara mudah. Betapa seringnya alih-alih mawas diri, kita ini gencar mencari pembenaran dengan menyalahkan pihak tertentu. Sepertinya, sumber masalah pasti selalu ada pada “kamu”, “dia”, dan “mereka”. Jari telunjuk kita menuding ke arah seberang. Padahal persoalannya terpulang pada kesediaan untuk mengakui kesalahan sendiri dan berbenah diri. Masihkah keterbukaan untuk bersikap jantan ada pada diri kita?
JIKA KAU SENANTIASA BERPIKIR MASALAHNYA ADA DI LUAR SANA,
MAKA PADA PIKIRAN ITULAH TERLETAK MASALAHMU.—Stephen R. Covey