Pembacaan : Lukas 6 : 43 – 45

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Yesaya 52 - 57

 

Ketidaktaatan Anda bukanlah kesalahan Tuhan. Mungkin Anda berpikir: “Tentu saja tidak, Paul. Anda tidak benar-benar mengira saya berpikir seperti itu, bukan?" Walaupun kita tahu secara teologis Allah tidak bertanggung jawab atas perilaku kita, kita memiliki cara halus untuk melimpahkan kesalahan kepada-Nya. Kita berkata:

 

  • “Jika saja pendetaku lebih punya waktu, aku akan ...”
  •  “Seandainya aku memiliki pekerjaan yang lebih baik saat itu, aku tidak akan melakukannya... “
  • “Seandainya orang tuaku menjadi model yang lebih baik, aku bisa. ...”
  • “Kalau saja aku mengenal Kristus lebih awal, aku yakin aku akan ...”
  • “Kalau saja aku tidak sakit, akan ada ...”
  • “Kalau saja suamiku lebih romantis, aku tidak akan ...” 
  • “Jika saja anak-anakku tidak memberontak, aku tidak akan...”
  • “Seandainya tidak ada begitu banyak pornografi di Internet, saya tidak akan tergoda ...”
  • “Kalau saja saya tidak terlalu sibuk, saya bisa punya lebih banyak waktu untuk ...”

 

Jika Tuhan hadir bersama Anda kemanapun Anda pergi (dan memang begitu), dan jika Dia berdaulat atas setiap situasi, hubungan, dan lokasi dalam hidup Anda (dan memang begitu), maka ketika Anda menyalahkan orang lain atas keadaan Anda atau kesalahan yang Anda lakukan, Anda sebenarnya sedang menyalahkan Allah. Anda mengatakan bahwa Allah tidak memberi Anda apa yang Anda butuhkan untuk menjadi seperti yang Dia inginkan dan untuk melakukan apa yang menjadi panggilan-Nya. Anda pada dasarnya mengatakan: “Masalah saya bukanlah masalah hati; masalah saya adalah masalah kemiskinan kasih karunia. Andai saja Tuhan memberi saya...., saya tidak perlu melakukan .....” Ini adalah argumen puncak dari gaya hidup yang membenarkan diri sendiri. Argumen ini pertama kali dibuat di taman Eden setelah pemberontakan Adam dan Hawa. Adam: “Wanita yang Kau berikan padaku membuatku melakukannya.” Hawa: “Iblis membuatku melakukannya” Itu adalah kebohongan pertahanan diri dari seseorang yang tidak ingin menghadapi keburukan dosa yang masih ada di dalam hatinya.

Sulit bagi kita untuk menerima bahwa perkataan dan perilaku kita bukan disebabkan oleh apa yang ada di luar kita, tetapi oleh apa yang ada di dalam diri kita. Tetapi Kitab Suci menjelaskan dengan jelas bahwa setiap kesalahan yang Anda dan saya lakukan mengalir keluar dari pikiran dan keinginan hati kita. Hanya ketika Anda mengakui hal ini, Anda mulai merasakan kebutuhan dan mensyukuri anugerah Allah. Jika Anda telah meyakinkan diri sendiri bahwa Anda bukanlah masalahnya, tetapi orang-orang dan situasinya yang menjadi masalah, Anda tidak mensyukuri pengampunan Allah dan anugerah yang mengubahkan, karena, sejujurnya, Anda tidak berpikir Anda membutuhkannya. Bagi banyak dari kita, pola halus menyalahkan Allah menghalangi kita menerima anugerah yang kita butuhkan pada saat kita berusaha meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita tidak membutuhkannya. 

 

Anda tidak taat bukan karena Anda tidak memiliki anugerah untuk taat, tetapi karena Anda mengasihi sesuatu lebih dari pada Allah yang memberi Anda anugerah itu.