Pembacaan : Matius 6:5-15

 

Bacaan Alkitab Setahun :

2 Samuel 1 - 2

 

Sedihnya, bagi banyak dari kita doa telah menjadi sekadar agenda yang tidak lebih daripada meminta sesuatu kepada Allah. Doa menjadi tempat rohani di mana kita meminta Allah menyetujui daftar permintaan pribadi kita. Bagi banyak orang, doa menjadi tidak lebih daripada siklus permintaan, yang diikuti oleh penantian apakah Allah akan mengabulkannya. Jika Dia mengabulkannya, kita mensyukuri kesetiaan dan kasih-Nya; tetapi jika Dia tidak mengabulkannya, kita bukan hanya mempertanyakan apakah Dia peduli tetapi juga bertanya apa Dia ada. Dengan begini, doa lebih sering serupa belanja ke departemen store Trinitas, mencari barang yang Anda pikir Anda butuh lalu berharap barang itu gratis.

Namun, coba kita renungkan Doa Bapa Kami sebentar. Doa itu tidak seperti yang baru saja saya jelaskan. Doa ini adalah doa penyembahan dan penyerahan. Doa ini mengenali bahwa di kedalaman diri kita masih ada perang antara kerajaan diri sendiri dan kerajaan Allah. Doa mengakui fakta bahwa saya sangat buta kepada kemuliaan Allah dan saya mudah tergoda oleh kemuliaan dunia ciptaan. Doa ini lebih merupakan penyerahan dan ucapan syukur daripada meminta. Dan bagian meminta dalam doa ini adalah dalam konteks bukan demi keinginan diri sendiri, tetapi dalam konteks penundukan diri dan penyembahan.

Bagaimana doa ini dimulai? Dengan mengingatkan Anda realitas terpenting dalam hidup Anda. Dengan ucapan syukur akan anugerah: “Bapa kami yang di sorga ...” (Mat. 6:9a). Anda dan saya tidak boleh berhenti mensyukuri realitas ini. Allah, Pencipta, Raja, Juru Selamat, dan Tuhan menggunakan kuasa dan anugerah-Nya sehingga orang-orang seperti kita menjadi anak-anak-Nya. Apa berikutnya? “Dikuduskanlah nama-Mu” (ay. 9b). Di sinilah saya menyerahkan agenda saya kepada agenda-Nya. Inilah alasan dunia diciptakan. Inilah alasan Anda dan saya diciptakan. Inilah alasan semua ada supaya Allah mendapatkan kemuliaan yang layak diterima-Nya. Di sinilah saya melepaskan semua kemuliaan lain yang bisa menangkap hati saya. Di sinilah saya menemukan motivasi untuk apa yang saya lakukan. Di sinilah saya berseru meminta anugerah menyelamatkan saya dari hati saya yang tidak setia.

Dan kita sampai kepada inti dari doa ini. Kata-kata berikutnya mengandung penghiburan dan panggilan: “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (ay. 10).  Penghiburannya adalah Bapa, dalam kasih-Nya yang menebus, telah memberikan kita kerajaan-Nya.

Dia memberkati kita dengan pemerintahan-Nya, yang selalu bijak, pengasih, setia, benar, murah hati, dan baik dan dengan begitu menyelamatkan kita dari kerajaan diri sendiri. Panggilannya adalah untuk melepaskan diri kita dari kerajaan kecil kita dan memberikan diri kita kepada kerajaan mulia dan anugerah. Hanya ketika hati kita dilindungi oleh penyembahan dan ucapan syukur dari permintaan yang ada dalam doa ini kita dapat mendoakan permintaan selanjutnya.

 

Doa adalah mengabaikan kecanduan saya akan kemuliaan yang lain dan bersuka dalam kemuliaan yang benar-benar mulia – kemuliaan Allah.