ANUGERAH UNTUK MENGINGAT

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." – Lukas 22:19

 

Sebagian besar dari kita lebih mudah melupakan daripada mengingat. Itulah sebabnya banyak bangsa merasa perlu membangun tugu peringatan perang, monumen, dan museum—agar dari satu generasi ke generasi berikutnya, makna suatu peristiwa tidak hilang ditelan waktu. Karena itu jugalah kita sering mendengar ungkapan, “Jangan sampai lupa”

 

Sepanjang Alkitab, umat Allah sering kali dipanggil untuk mengingat karya dan kesetiaan Tuhan, bahkan dengan cara membuat tanda-tanda peringatan. Ketika bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan dan masuk ke tanah perjanjian, Yosua memerintahkan agar dua belas batu didirikan di tengah sungai sebagai tanda peringatan. Bagi sebagian orang, hal itu mungkin tampak aneh. Namun Yosua berkata kepada umat itu bahwa batu-batu tersebut akan menjadi tanda bagi generasi mendatang: "Jika anak-anakmu bertanya di kemudian hari: Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu? Maka haruslah kamu katakan kepada mereka: Bahwa air sungai Yordan terputus di depan tabut perjanjian TUHAN; ketika tabut itu menyeberangi sungai Yordan, air sungai Yordan itu terputus. Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya" (Yos. 4:6-7). Dengan hanya melihat batu-batu itu, umat Allah akan kembali diingatkan akan kesetiaan dan penyertaan-Nya ketika Ia menuntun mereka masuk ke tanah yang telah dijanjikan dan disiapkan-Nya bagi mereka.

 

Berabad-abad kemudian, seperti yang dijelaskan dalam Kitab Ester, Mordekhai menetapkan hari raya Purim untuk memperingati  "hari-hari…orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira" (Est. 9:22). Pada hari-hari itu, orang Yahudi bersukacita atas pembebasan mereka dengan saling mengirimkan makanan dan berkat. Tindakan itu menjadi tanda kebaikan hati Allah serta cara untuk menyalurkan kemurahan-Nya kepada mereka yang membutuhkan kasih dan belas kasihan dari Allah.

 

Kita pun diberikan sebuah tindakan peringatan. Yesus bukan hanya menanggung hukuman yang seharusnya kita terima dan membuka jalan bagi kita untuk menikmati hidup yang kekal, tetapi Ia juga memberikan kepada para pengikut-Nya sebuah perjamuan sederhana untuk menolong kita mengingat apa yang telah Ia lakukan.

 

Setiap kali kita merayakan Perjamuan Tuhan, kita tidak sekadar menjalankan ritual, tetapi sedang mengingat kasih Kristus yang telah menyelamatkan kita dari dosa dan maut. Namun bila kita berhenti mengingat — bila Perjamuan itu hanya menjadi kebiasaan tanpa makna — maka kita kehilangan kekuatan rohani yang terkandung di dalamnya. Sebab di meja Tuhan, kita diingatkan akan pengorbanan Kristus, disegarkan oleh kasih-Nya, dan diteguhkan oleh Roh Kudus untuk hidup bagi kemuliaan-Nya.

 

Perjamuan Kudus bukan sekadar tradisi gereja, melainkan sarana kasih karunia untuk meneguhkan iman kita. Melalui roti dan anggur itu, kita diingatkan bahwa Kristus benar-benar telah mati dan bangkit bagi kita. Ia bukan hanya menebus dosa, tetapi juga memulihkan sukacita dan pengharapan kita.

 

Maka, setiap kali kita duduk di meja Perjamuan, biarlah kita datang dengan hati yang penuh syukur dan kerendahan hati. Semakin kita mengingat kasih Yesus yang rela memberikan tubuh dan darah-Nya, semakin kita mengenal siapa kita di dalam Dia — dan semakin kita bersyukur bahwa Dialah Tuhan yang memberikan diri-Nya bagi kita. Jadi, bagaimana Anda akan mengingat hari ini bahwa Tuhan telah berkata: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu?"

 

Refleksi

Bacalah 1 Korintus 11:23-26 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 1-3; Yudas 1