JALAN BUNTU   

Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun sia-sia." – Pengkhotbah 2:1

   

Kitab Pengkhotbah memang kitab kuno, tetapi isinya tetap sangat relevan untuk kehidupan masa kini. Meskipun ditulis sekitar 3.000 tahun yang lalu, Anda mungkin akan merasa seolah-olah penulisnya benar-benar memahami kehidupan modern kita. Saat Anda membacanya, Anda seakan diajak berjalan menyusuri berbagai jalan buntu—gambaran dari jalan-jalan umum yang sering kita tempuh dalam usaha mencari kepuasan hidup.

 

Salah satu jalan yang sering kita tempuh untuk mencari makna hidup adalah melalui pendidikan. Para ahli sering mengatakan bahwa masalah seperti penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual, dan berbagai persoalan sosial lainnya bisa diselesaikan jika orang-orang mendapat pendidikan yang lebih baik. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa pengetahuan saja tidak mampu memuaskan kebutuhan hati manusia, dan juga tidak bisa menjinakkan kekacauan dalam jiwa manusia.

 

Jika diukur dengan berbagai standar, negara-negara Barat mungkin adalah yang paling berpendidikan dalam sejarah manusia. Tetapi kenyataannya, mereka tidak terlihat lebih bahagia, bahkan bisa jadi justru paling haus akan kepuasan instan.

 

Kalau pendidikan tidak bisa memuaskan kita, mungkin kita akan mencoba menempuh jalan kesenangan. Kita mencari hiburan, kesenangan, dan hal-hal yang menyenangkan hati. Awalnya mungkin terasa membahagiakan, tetapi cepat atau lambat kita sadar bahwa kesenangan itu hanya sementara. Pada akhirnya, semua itu hanyalah bentuk pelarian yang menjerumuskan kita ke dalam kehidupan semu, penuh khayalan, tampak indah di luar tetapi sebenarnya kosong dan berpusat pada diri sendiri.

 

Sebagian besar hal di dunia ini memang dirancang untuk menggiring kita ke jalan-jalan buntu seperti itu. Namun, akan menjadi kesalahpahaman besar jika kita berpikir bahwa kekristenan tidak peduli pada pendidikan atau kesenangan. Sama sekali tidak demikian!

 

Namun, penulis Kitab Pengkhotbah menunjukkan bahwa semua hal itu, pendidikan, kesenangan, dan pencapaian hidup lainnya, tidak akan pernah benar-benar membuat hidup kita bermakna atau memuaskan kerinduan terdalam hati kita. Hanya ketika kita mengenal Allah yang sejati dan hidup, barulah segala berkat dan kesenangan hidup dapat membawa kita pada sukacita yang sejati dan abadi.

 

Namun, di balik jalan-jalan buntu itu masih ada harapan, karena Kristus sanggup menembus dan menyelamatkan kita, menarik kita masuk ke jalan yang sempit yang membawa kepada hidup (Mat. 7:13–14). Mungkin itulah yang sudah terjadi dalam hidup Anda. Atau mungkin Anda sedang tergoda untuk mengabaikan peringatan dari Kitab Pengkhotbah dan memilih salah satu jalan itu, bukannya berjalan di jalan ketaatan yang setia kepada Tuhan. Mungkin juga Anda tergoda untuk, secara sadar atau tidak, mendorong orang-orang yang kamu kasihi untuk menempuh jalan itu.

 

Mungkin Anda sedang berjalan di salah satu jalan buntu itu—mencari makna lewat pencapaian, pendidikan, atau kesenangan dunia. Tetapi hari ini, Kristus memanggil Anda untuk berpaling kepada-Nya, sebab hanya Dia yang dapat memuaskan dahaga terdalam jiwa Anda. Ingatlah: suatu hari setiap kita akan berdiri di hadapan takhta Allah dan memberi pertanggungjawaban atas jalan yang kita pilih. Maka, jalan mana yang akan Anda tempuh?

 

Refleksi

Bacalah Matius 7:13−14 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

   

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 9-10; 2 Timotius 4