REALITAS TERTINGGI

 

Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa. Yesaya 42:5-6

 

Pada tahun 1932, Albert Einstein membuat pengamatan, “Situasi kita di muka bumi ini tampak aneh. Masing-masing dari kita ada di sini bukan karena kemauan kita sendiri, dan kita tidak diundang hanya untuk sebuah kunjungan singkat, tanpa tahu alasannya.” Lihat sekeliling, dan Anda akan mendengar orang-orang mengatakan bahwa kita hidup di dunia yang tidak pasti, di mana sejarah hanya berulang dan tidak ada tujuan utama di alam semesta. Jika ini benar, sulit menemukan makna dalam hidup. Tidak ada yang bisa dilakukan selain hidup, lalu mati.

 

Allah berbicara tentang tidak adanya tujuan akibat cara pandang realitas ini. Dia menyatakan realitas tertinggi yang mengubah segalanya: diri-Nya sendiri. Allah memperkenalkan diri-Nya, mengungkapkan identitas-Nya: “Aku ini, TUHAN.” Nama Allah (di sini, “Tuhan”) bukan sekadar cara kita menyebut Dia; nama itu mengungkapkan keberadaan-Nya. Banyaknya nama Allah di dalam Alkitab memberikan informasi penting tentang siapa Dia: kekal, mandiri, berdaulat… dan masih banyak lagi!

 

Saat Allah berfirman, Dia juga mengungkapkan kekuasaan-Nya. Langit adalah rancangan-Nya, dan Dialah yang membentangkan bumi serta memberi bentuk dan kehidupan kepada segala yang berasal dari bumi. Stabilitas dan produktivitas ciptaan didasarkan pada Sang Pencipta. Kita bukanlah produk evolusi yang muncul dengan sendirinya, melainkan produk dari tindakan langsung seorang Perancang. Kita tidak dapat memahami keberadaan kita tanpa Allah. Dan kita tidak pernah dimaksudkan untuk seperti itu.

 

Dan apa tujuan Allah sekarang atas segala sesuatu yang Dia ciptakan? Untuk mewujudkan kebenaran di bumi melalui keselamatan. “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa.” Di sini Dia berbicara bukan kepada kita tetapi kepada Putra-Nya, Hamba yang diperkenalkan Yesaya. Ketika kita membutuhkan nasihat, persahabatan, pengampunan, keselamatan, Allah telah berfirman, “itu hamba-Ku yang Kupegang” (Yesaya 42:1).

 

Kita tidak akan pernah merasa puas dalam hidup ini sampai kita menemukan realitas hakiki kita di dalam Kristus. Dari kenyataan itulah, kita akan menemukan tujuan kita untuk mengagungkan Allah, dan menikmati Dia selama-lamanya. Jika Anda ingin mengetahui tujuan dan kepuasan dalam hidup, Anda hanya perlu menerima dan bersukacita dalam diri Kristus, memuliakan Allah saja seperti yang dilakukan Simeon: “sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Lukas 2:30-32).

 

Refleksi

Bacalah Yesaya 42:1-13 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

 

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yesaya 60 – 62; Markus 14 : 1 - 25

Truth For Life – Alistair Begg