Pembacaan : Matius 18:1–14
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 6-7
Ada paradoks tertentu dalam mempercayai Allah. Ketika kita mempercayai-Nya, kita mengatakan bahwa kita tidak mampu, dan memang benar meskipun itu tidak mengubah jati diri kita. Namun, ketika kita mempercayainya, seolah-olah kita sudah “sampai di rumah”. Semuanya baik-baik saja. Ya, mungkin ada banyak masalah, tapi kita sudah sampai di rumah, dan kenyamanan dan kegembiraan rumah mengurangi tingkat kerepotan masalah hidup.
Saat Anda kembali kepada Tuhan, ucapkan pengakuan Anda kepada-Nya. Beritahu Dia bahwa hati Anda cenderung mengembara, kecenderungan Anda untuk membuat berhala tidak dapat diperbaiki. Pengakuan adalah mengatakan kebenaran tentang hati kita kepada Tuhan. Meskipun Kitab Suci mendorong kita untuk menjadikannya sebagai bagian dari percakapan harian kita dengan Allah (Matius 6:9-13), itu adalah disiplin yang diabaikan. Satu aturan praktis dalam pengakuan adalah terus melakukannya sampai Anda merasakan harapan atau kegembiraan. Pengakuan bukanlah waktu untuk merendahkan diri. Pengakuan adalah waktunya percaya kepada Allah yang senang memaafkan karena itu membawa kemuliaan bagi-Nya. Jangan lupa kisah sukacita gembala ketika menemukan satu domba yang hilang. Ya Anda mengembara, tetapi fokuslah pada sukacita gembala. Itu bukan yang Anda harapkan.
Edward T. Welch