Baca: Amsal 22:6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)


Bacaan Alkitab Setahun: 
Kisah Para Rasul 11-13


David Green lahir di tengah keluarga pendeta. Sekalipun orang tuanya bukan orang kaya, namun mereka berhati mulia—suka memberi dan berbagi. Kegemaran memberi pun tertanam menjadi sifat yang diwarisinya. Cita-citanya menjadi seorang pengusaha tercapai. Kini, dirinya adalah pemilik toko terbesar di Amerika yang menjual segala jenis bahan untuk orang menyalurkan hobi dan menghasilkan karya cipta sendiri. Ia selalu rindu untuk meningkatkan jumlah pemberiannya. Sekarang, di usia 70-an, ia berhasil memberikan setengah dari keuntungan usahanya setiap bulan untuk gereja dan amal. 

Pendeta Max Lucado berkata, mendidik anak sejak usia dini adalah ibarat menginjakkan kaki di atas semen basah. Seiring berjalannya waktu, bekas injakan itu akan kering—jadilah cetakan telapak kaki yang permanen. 

Petuah-petuah hikmat dalam kitab Amsal banyak sekali menyinggung betapa pentingnya pendidikan anak dalam keluarga. Salah satunya ialah yang kita renungkan hari ini. Sebenarnya, tindakan seseorang di masa tuanya hanyalah buah dari apa yang ditanam pada waktu dirinya masih kecil atau muda. 

Salah satu tugas terpenting dari Tuhan kepada manusia ialah menjadi pendidik. Semua anak dan orang muda membutuhkannya. Entah sebagai orang tua, kakek nenek, guru, konselor, pelatih, kakak senior, pendeta, tutor, presenter, dan lain-lain, kita punya panggilan mendidik. Lakukanlah itu seoptimal mungkin dengan kesadaran ini: Tuhan sedang memercayai kita untuk ikut membentuk masa depan dunia ini.


TUHAN MEMBERIKAN KUAS DAN CAT KEPADA KITA UNTUK IKUT MEWARNAI
LUKISAN WAJAH MASA DEPAN—BERIKAN SAPUAN TERBAIKMU