BERPEGANG TEGUH PADA KEBENARAN
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. – Wahyu 2:2-3
Perdana Menteri Inggris tahun 1980-an Margaret Thatcher adalah orang yang sangat gigih. Apa pun pandangan kita terhadap politiknya, dia adalah seorang wanita dengan keyakinan, yang terkenal dengan pendiriannya. Saat banyak rekan politiknya mendesaknya untuk berubah arah, ia dengan tegas berkata, “Silakan berbalik jika kalian mau. Tetapi aku tidak akan berbalik.”
Keteguhan hati seperti itu juga terlihat dalam jemaat abad pertama di Efesus. Ketika Yesus memuji mereka, itu terutama karena dedikasi mereka yang teguh sebagai murid. Mereka berkomitmen untuk bekerja bagi Tuhan, bertahan dalam kesetiaan, dan berpegang pada kebenaran.
Kata “pekerjaan” di sini menunjukkan kebalikan dari kemalasan atau sikap pasif. Yesus melihat bahwa jemaat Efesus tidak gentar menghadapi tantangan dalam menghidupi iman mereka. Mereka siap menanggung beban demi nama Kristus, berulang kali mempersembahkan hidup mereka bagi Injil.
Dua kali dalam ayat ini, Yesus menyinggung tentang ketekunan mereka. Jemaat Efesus bukanlah orang yang takut kerja keras, tetapi juga bukan yang mudah menyerah. Mereka tetap teguh, setia, dan tidak mudah goyah. Seorang penafsir bernama William Barclay menulis bahwa keteguhan mereka adalah “keberanian yang penuh kasih, yang sanggup menerima penderitaan dan kehilangan, lalu mengubahnya menjadi kasih karunia dan kemuliaan.”
Selain itu, jemaat Efesus juga berkomitmen pada kebenaran. Mereka tidak mudah terbawa arus ajaran yang baru atau populer, melainkan siap untuk menguji segala pengajaran dan menolak yang terbukti palsu. Mereka berdiri teguh dan setia pada kebenaran Injil serta tidak tergoda oleh ajaran yang hanya memuaskan keinginan diri (Why. 2:6).
Namun, pertanyaannya bagi kita hari ini adalah: bagaimana dengan kita sebagai gereja masa kini? Apakah kita juga kuat, teguh, dan bertekun dalam kebenaran? Apakah kita berani berdiri teguh dan berkata, “Aku menolak hal-hal ini, sebab aku tahu Yesus juga menolaknya”? Ataukah kita perlahan kehilangan semangat itu, sibuk berbuat baik tetapi melupakan kasih mula-mula (Gal. 6:9)? Ketika dunia menyarankan kompromi dalam ketaatan kita kepada Kristus, apakah kita bersedia mengatakan, "Silakan berbalik jika kalian mau. Tetapi aku tidak akan berbalik?”
Kiranya ketika Yesus memandang kita, Ia mendapati kita sebagai umat yang berpegang teguh pada kebenaran. Semoga hidup kita menjadi kesaksian tentang keteguhan iman, ketekunan, dan kasih yang lahir dari Injil — kasih yang mendorong kita untuk setia mengikuti Kristus sampai akhir.
Refleksi
Bacalah 2 Timotius 3:1-9 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 7–9; Lukas 1:21-38