HANYA ORANG BODOH YANG TERBURU-BURU

Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu. Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu." Jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja." – Ester 5:2-4

 

Alexander Pope, seorang penulis Inggris, pernah berkata: “Orang bodoh melangkah masuk tanpa pikir panjang ke tempat yang bahkan malaikat pun takut memasukinya.” Ester sepertinya sangat paham hal ini. Ia memang siap untuk taat pada Tuhan, meskipun risikonya bisa saja berujung pada kematian. Tetapi, ia tidak asal nekat. Ester melangkah dengan hati-hati dan penuh hikmat.

 

Ester memang berani, tapi ia juga bijaksana, rendah hati, dan penuh strategi. Ia tidak gegabah. Setelah masa puasa selesai, ia mengenakan pakaian kerajaannya dan masuk menghadap raja sesuai aturan istana (Est. 5:1). Itu pun sangat berisiko. Namun, ketika raja menunjukkan kasihnya dengan mengulurkan tongkat emas, Ester dengan rendah hati menyentuhnya.

 

Raja bahkan berkata bersedia memberikan sampai setengah kerajaannya. Itu bukan berarti raja benar-benar akan membagi kerajaannya, melainkan sebuah ungkapan betapa besar kasihnya kepada Ester. Tapi menariknya, Ester tidak langsung menyampaikan permintaan pentingnya. Ia hanya mengundang raja makan bersama. Sekilas terlihat sederhana, bahkan seperti antiklimaks, tapi sebenarnya penuh hikmat.

 

Ester tahu cara menyentuh hati raja—lewat perutnya! Raja sangat senang diundang makan. Membuat pesta untuk diri sendiri itu biasa (seperti yang pernah dilakukan Ahasyweros di pasal 1), tapi kalau ada orang yang menyiapkan pesta khusus untuk menghormati dirinya, tentu terasa istimewa. Ester juga tahu bahwa permintaannya nanti bukan hal kecil. Begitu ia berbicara, raja akan sadar siapa Ester sebenarnya, dan itu bisa membuat raja merasa dipermalukan di depan seluruh kerajaan. Karena itu, Ester memilih cara yang halus tapi tepat.

 

Kita pun sering seperti itu. Saat sudah mengambil keputusan, kita tergoda untuk langsung bertindak. Tapi kalau caranya salah, justru bisa menyakiti orang lain. Bisa saja kita melakukan hal yang benar, tapi dengan cara yang salah.

 

Itulah sebabnya, ketika kita menghadapi situasi yang butuh keberanian dan ketaatan, mari belajar dari Ester. Jangan hanya pikirkan apa yang harus dilakukan, tapi juga bagaimana melakukannya. Mengambil risiko demi taat kepada Allah dan membagikan Injil memang benar, tapi kita perlu melakukannya dengan bijak—supaya tidak memperbesar risikonya karena salah langkah.

 

Seperti Ester, kita bisa tetap berani—dan tetap menyentuh hati orang lain.

 

Refleksi

Bacalah Ester 5:1-8 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?

2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?

3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 16-18; Yohanes 5:25-47