KOMPROMI PENGECUT

 

Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia. Yohanes 19:6-8

 

Pujian siapa yang Anda cari?

 

Ketika Kristus diadili di hadapan Pilatus, gubernur Romawi itu berulang kali menyatakan bahwa Dia tidak bersalah—namun dia menyambung pernyataannya dengan tindakan yang mengerikan terhadap Dia.

 

Pilatus berkata, “aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya”—dan kemudian menyerahkan Yesus untuk dicambuk secara brutal, sampai menyebabkan luka di mana pembuluh darah, arteri, dan organ dalam terlihat.

 

Pilatus berkata, “aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya”—dan kemudian membiarkan para prajurit mempermalukan Yesus dengan pura-pura menjadikan-Nya raja, memasang mahkota duri di kepala-Nya, mendandani-Nya, dan “menyembah”-Nya.

 

Pilatus berkata, “aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya”—tetapi apakah dia melepaskan Yesus? Tidak, dia menyerahkan Yesus kepada pasukan eksekusi yang kejam untuk dibunuh.

 

Tidak ada orang yang lebih tersiksa saat bertemu Kristus selain Pilatus. Inilah orang yang mempunyai kekuasaan besar tetapi tidak memiliki keberanian untuk mempertahankan keyakinannya. Inilah orang yang sukses tetapi berkompromi, yang terjebak dalam posisinya karena kepengecutannya. Inilah seorang gubernur yang dikuasai kelemahannya sendiri. Kita tidak bisa bersikap pasif atau bimbang mengenai siapakah Kristus bagi kita. Apakah Dia Juruselamat atau Dia bukan siapa-siapa? Tidak mengambil keputusan mengenai hal ini, seperti yang ingin dilakukan Pilatus, berarti menjauhkan diri dari Kristus.

 

Sikap Pilatus adalah pertanyaan bagi kita masing-masing. Tingkah lakunya mendorong kita untuk bertanya pada diri sendiri: Dalam situasi apa saya, seperti Pilatus, mengetahui hal yang benar untuk dilakukan tetapi takut dengan apa yang akan dikatakan orang lain jika saya melakukannya? Pernahkah kata-kata atau tindakan saya lebih ditentukan oleh ekspektasi dan reaksi orang lain, atau oleh pertimbangan kekayaan, kedudukan, atau promosi, dibandingkan oleh perintah Kristus?

 

Janganlah kita berkompromi dengan posisi kita mengenai Kristus. Jika kita membiarkan pendapat teman-teman, tetangga, atau keluarga kita terlalu menguasai kita, kita mungkin akan menyerahkan pengampunan, kedamaian, surga, dan Kristus demi kehidupan yang lebih mudah saat ini. Sebaliknya, marilah kita jadi orang yang berani. Lihatlah kembali pada Kristus: dicambuk, diejek, dan dibunuh karena kasih-Nya kepada Anda. Kemudian lihatlah mereka yang, mungkin dengan lantang atau mungkin dengan sopan, mencemooh kebenaran-Nya. Siapa yang ingin Anda sakiti? “Pujian” siapa yang ingin Anda dengar?

 

Kristus memanggil kita kepada-Nya agar kita dapat keluar dan hidup bagi-Nya. Maukah Anda datang, dan maukah Anda pergi?

 

Refleksi

Bacalah Yohanes 19:1-16 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Imamat 21-22; Wahyu 1

Truth For Life – Alistair Beg